KARANGANYAR-45 Santri penghafal Al Qur’an Pondok Pesantren Baitul Mukmin Qur’ani Ngadiluwih Matesih Karanganyar melaksanakan longmarch Napak Tilas, dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan RI, Kamis (17/8).
Santri berangkat dari titik O km Yogyakarta Rabu (16/8) pada pukul 00.00 hingga sampai di Karanganyar Kamis (17/8) malam hari.
Ustadz Syamsudin Asrori selaku pengasuh pondok menjelaskan, melalui kegiatan ini berharap agar para santri memahami bahwa perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan dulu penuh perngorbanan.
“Kegiatan napak tilas ini semata-mata untuk mensikapi generasi Z (milenial) yang saat lebih banyak duduk manis mainan gawai padahal kalau kita lihat sejarah masa perjuangan para pejuang (pahlawan) melakukan perjuangan gerilya fisik dan berkorban,”ungkapnya.
Pondok juga berharap melalui kegiatan ini dapat menanamkan jiwa patriotisme para santri dan juga menempa fisiknya. Setelah menjelaskan sejarah hijrah Rasulullah SAW juga ditayangkan kisah heroik Jendral Sudirman.
“Bahwa moyang mereka saat itu (Jendral Sudirman) meski tidak sehat namun mempunyai semangat yang luar biasa, dengan ditandu mampu memimpin pasukan untuk mengusir penjajah,”tambahnya.
Dengan pelajaran tersebut para santri diberi pemahaman bahwa untuk menikmati kemerdekaan saat ini itu butuh perjuangan, fisik dan kekuatan.
Melalui kegiatan napak tilas, Kita berharap para santri, harus selalu siap untuk menjadi pemimpin maka kita buat regulasi ketika perjalaan kadang dipimpin.
Contoh dari titik nol Yogyakarta pada pukul 00.00 setelah menempuh perjalanan akan diganti pemimpinannya.
Ketiga anak-anak harus peka harus melihat keadaan yang ada, mengapa emak-emak malam hari masih berhura-hura.
Lanjut, Ustadz Syamsudin, santri peka terhadap agamanya, bagaimana mereka mampu mengatahui bahwa Islam difitnah banyak mayoritas namun kondisinya minoritas.
Selain itu, kegiatan longmarch ini menambah wawasan, karena setiap perjalanan banyak sekali perlajaran yang didapat dari Yogyakarta, Klaten, Solo hingga finish di Karangnyar.
Peserta yang ikut terdiri dari santri SMP dan SMA, peserta memulai dari titik 0 km Yogyakarta kemudian transit sebentar di beberapa tempat seperti di Staisun SPBU, Masjid Al Aqsa Klaten, Masjid Kota Delanggu, Masjid Al Azhar Baki, Masjid MUI Solo Semanggi dan di Masjid Sidan.
Kondisi santri saat ini sangat bagus, sehat belum ada yang mengeluh atau isntirahat naik mobil karena waktunya lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.
Terkahir Ustadz Samsyudin berharap melalui kegiatan ini agar para sanri menjadi suka pada perubahan dan perjuangan, kalau tidak dikemudian hari para pemuda hanya menyesal.
“Semoga para pemuda semua bisa menyadari akan kondisi bangsa ini dan bisa meneladani apara ulama dan pejuang masa lalu,”pungkasnya. []