SOLO-Tari Cecapingan memeriahkan Tari Saman memeriahkan kegiatan pembukaan Diklat Khusus Kepala Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah (Diksuspala) Region Jawa Tengah 3 di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Karanganyar, Kp. Dadapan RT 6/7 Jatikuwung, Gondangrejo, Indonesia, Kamis (17/10/2024).
Atraksi siswa sekolah penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan yang beralamat di jalan Kartini No. 1 Barat Pura Mangkunegaran itu mendapat sambutan antusias penonton.
Saat yang ditunggu-tunggu untuk penampilan Tari Cecapingan yang ditampilkan oleh siswi Naura Nadhifa Azzahra kelas VID, Marsha Qunny Anabizahra kelas VID, Thara Khaira Bachrun kelas VID, Raisa Arisaputri kelas IVA, Lavina Ayudia Inara kelas IIA, dan Nayla Cadenza kelas IIA.
“Alhamdulillah semoga apa yang kita tampilkan memberikan kesan positif dan terhibur. Penari berjumlah sebanyak 6, music tari cecapingan MP3, properti caping. Untuk koreografer saya sendiri Bersama ibu Sri Suwanti SPd,” ujar koreografer Danardono Sri Pamungkas MSn.
Dia menyampaikan tari cecapingan yaitu tari yang menggambarkan tentang kehidupan petani mulai dari mencangkul, membajak dan menananm padi. Garapan tari ini menggambarkan suka cita di kelompok Masyarakat tradisional dalam mengolah lahan pertanian.
“Mereka bekerja, bersendau gurau, dan saling bersuka cita. Kebersamaan ini tercermin Ketika musim panen telah tiba,” ungkapnya.
Dia berharap, anak-anak zaman sekarang di era industry 4.0 menuju Masyarakat society 5.0 tetap bisa melestarikan budaya bangsa Indonesia dengan baik yang berkemajuan dan mencerahkan.
Bercerita tentang sekelompok petani yang pergi ke sawah dengan semangat membara. Beramai-ramai memanggil teman petani yang lain untuk berangkat Bersama-sama ke sawah. Sesampainya di sawah, mereka beristirahat sejenak dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk mulai bekerja.
Vokabuler gerak yang digunakan adalah gerak adaptasi dari aktivitas memanen padi di sawah, seperti Gerakan menyabit, menanam padi, mengolah tanah dengan kaki. Ketika burung-burung dating menghampiri tanaman padi di sawah yang mulai menguning, dengan sigapnya para petani beruasaha untuk mengusir burung tersebut.
“Harapan utamanya pasti ingin menghibur semua penonton peserta Diklat Khusus Kepala Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah. Serta memperkenlakan hasil ekstrakurikuler yang dipunyai sekolah budaya yang berdiri sejak 89 tahun silam. Caping sebagai penutup kepala mempunyai makna bahwa usaha tanpa disertai doa akan sia-sia, dilambangkan bentuk caping mengerucut ke atas sebagaia habluminaallah-hubungan manusia dengan sang pencipta Allah Swt,” ucapnya. []