KARANGANYAR-Literasi biasa diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, namun sebenarnya lebih dari itu. Literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis merupakan pengertian dasar literasi yang seringkali disamakan dengan kemampuan ‘melek huruf’. Sedangkan literasi secara luas merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi dalam berbagai konteks, serta kemampuan untuk berkomunikasi dan berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Beberapa fungsi literasi dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, literasi sebagai pemahaman informasi melibatkan kemampuan untuk memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber, termasuk teks, visual, dan digital. Kedua, literasi sebagai keterampilan komunikasi, yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Ketiga, literasi sebagai keterampilan berpikir kritis membantu seseorang untuk berpikir secara kritis, menganalisis informasi, dan membuat keputusan yang tepat. Keempat, literasi sebagai kecakapan hidup merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pendidikan, pekerjaan, maupun sosial.
Jenis-Jenis literasi dapat dibedakan berdasarkan cakupan kegiatan yang menyertainya. Jenis pertama, literasi baca dan tulis yaitu kemampuan membaca dan menulis teks. Kedua, literasi numerasi merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan angka serta konsep matematika. Ketiga, literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep-konsep sains dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah.
Keempat, literasi digital merupakan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab. Kelima, literasi finansial meliputi kemampuan untuk memahami dan mengelola keuangan secara efektif. Keenam, literasi budaya adalah kemampuan untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya. Ketujuh, literasi visual yakni kemampuan untuk menginterpretasi informasi yang disajikan dalam bentuk visual, seperti gambar, grafik, dan diagram.
Ada banyak manfaat literasi bagi kehidupan manusia. Manfaat pertama, menambah pengetahuan dan keterampilan seseorang. Literasi membantu seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat menunjang kehidupan sosialnya. Kedua, meningkatkan kemampuan berpikir karena literasi melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Ketiga, literasi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi yang membantu seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan percaya diri. Keempat, kemampuan literasi dapat dimanfaatkan seseorang untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Kelima, literasi dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan sosial.
Terkait dengan literasi yang harus dikembangkan di sekolah, salah satu diantaranya adalah dikembangkannya budaya menulis di majalah sekolah. Majalah sekolah adalah media cetak atau media digital yang diterbitkan secara berkala oleh sekolah untuk menyajikan informasi, karya siswa, berita, dan hiburan yang ditujukan kepada siswa, guru, orang tua, dan masyarakat. Majalah sekolah memiliki fungsi sebagai wadah kreativitas siswa, sarana komunikasi, dan publikasi sekolah.
Secara lebih detail majalah sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, wadah kreativitas. Majalah sekolah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan diri melalui tulisan, seni, fotografi, dan karya-karya lainnya. Kedua, sarana komunikasi. Majalah sekolah menjadi media untuk menyampaikan informasi tentang kegiatan sekolah, prestasi siswa, dan berita terkini kepada seluruh warga sekolah. Ketiga, sarana publikasi. Majalah sekolah dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan sekolah kepada masyarakat luas, misalnya melalui media digital atau publikasi fisik berupa majalah cetak.
Manfaat lain majalah sekolah adalah dapat menjadi media pembelajaran jurnalistik, meningkatkan keterampilan menulis dan berpikir kritis, serta menjadi sumber hiburan bagi pembaca. Contoh isi majalah sekolah, yaitu: Laporan Utama (artikel utama), Berita Sekolah, Karya Siswa (esai, puisi, cerita pendek, geguritan, teks anekdot, dll.), profil guru dan siswa, opini, informasi ekstrakurikuler, informasi kegiatan sekolah, resensi buku yang ada di perustakaan, lensa sekolah (foto dan video), dll.
Selama ini, majalah dinding lebih banyak dikenal dan dikembangkan di sekolah. Berawal dari keinginan menampung karya siswa dan memupuk semangat menulis siswa agar tidak merasa sia sia berlatih menulis artikel berita dan berlatih reportase ke lapangan, penulis memandang perlu ada media yang dapat menampung itu semua dalam kemasan yang lebih menarik simpati kalangan lebih luas. Bukan sekedar majalah dinding yang tertempel di tembok luar ruang perpustakaan.
Berdasarkan kenyataan itu, sudah seharusnya muncul ide untuk menerbitkan majalah sekolah. Penerbitan majalah sekolah harus bisa melibatkan berbagai unsur kompetensi yang dimiliki oleh sekolah. Mengingat banyak faktor yang dapat mendukung attau bahkan menghambat kesuksesan penerbitan majalah sekolah. Berdasarkan gambaran tersebut, guru selaku pembimbing ekstrakurikuler majalah dinding dapat menjalin kerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di sekolah, hal tersebut dimaksudkan agar dapat bersama-sama memikirkan jalan keluar agar ide tersebut menjadi kenyataan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut menjadi kenyataan, antara lain: Pertama, membuat proposal yang diajukan kepada kepala sekolah. Kedua, mencari sumber dana bekerjasama dengan bendahara sekolah atau mencari sponsor dari pihak di luar sekolah. Ketiga, berkoordinasi dengan siswa anggota ekstrakurikuler tentang materi dan artikel yang akan dimuat, atau ekstrakurikuler lain yang ada di sekolah. Keempat, menjalin kerjasama dengan percetakan.
Setelah semua persyaratan dipenuhi, maka majalah sekolah bisa diterbitkan. Diharapkan kegiatan tersebut mendapatkan sambutan positif dari seluruh warga sekolah dan masyarakat yang membacanya. Proses penerbitan majalah sekolah yang dimulai dari penerbitan majalah dinding merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan literasi di sekolah. Hal itu pula yang telah penulis lakukan selama menjadi pembimbing ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah.
Berikut beberapa alasan pemilihan strategi dalam upaya mengembangkan literasi di sekolah, antara lain : Pertama, Menampung karya siswa. Penulis selaku pembimbing ekstrakurikuler majalah sekolah bekerjasma dengan pengurus OSIS dalam hal ini bidang apresiasi dan kreasi seni merencanakan dan melaksanakan program penerbitan majalah dinding secara bergiliran setiap seminggu sekali yang diisi oleh tiap kelas. Karya yang sudah lewat masa terbit menumpuk dan bila sudah rusak dimasukkan bak sampah.
Hal itu sungguh disayangkan mengingat karya-karya tersebut kebanyakan orisinil dan bermanfaat bila bisa dibaca lagi. Dengan adanya majalah sekolah, karya-karya orisinil siswa dapat ditampung dan tetap bisa menjadi sumber bacaan yang bermanfaat. Kedua, menjaga minat menulis siswa agar tidak menurun.
Berdasarkan fakta yang penulis kemukakan pada bagian permasalahan, minat siswa dalam menulis menurun karena media yang dipakai tidak menjamin karya mereka dapat dinikmati secara maksimal. Untuk itu diperlukan 3 media yang dapat menumbuhkan semangat menulis dan bersifat permanen.
Dalam hal ini majalah sekolah dapat dijadikan media yang tepat untuk menulis. Majalah sekolah dalam bentuk cetak mungkin sudah tidak populer bagi siswa saat ini. Justru itulah alasan utama mengupayakan penerbitan majalah sekolah untuk kepentingan pengembangan literasi di sekolah. Selain mengingatkan siswa dan guru terhadap pentingnya budaya membaca, juga menyadarkan mereka pentingnya budaya menulis. Integritas terhadap pengembangan budaya literasi harus dibarengi dengan tekad bulat mewujudkannya dalam bentuk majalah sekolah.
Ketiga, Menumbuhkan motivasi belajar. Terbitnya majalah secara berkala menuntut pengelolanya terus belajar tidak pernah berhenti karena evaluasi terus dilakukan agar terbitan berikutnya lebih baik dan lebih bermutu. Demikian pula bagi siswa, keinginan untuk bisa menulis di majalah juga bisa meningkat. Guru dan siswa hendaknya selalu memiliki dorongan dan termotivasi untuk terus belajar sepanjang hayat. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mendukung sepenuhnya keberadaan dan keberlangsungan penerbitan makjalah sekolah. Keempat, Memberikan bukti dan keteladanan guru Bahasa Indonesia. Dengan menjadi pelopor terbitnya majalah sekolah, secara tidak langsung telah membuktikan bahwa guru Bahasa Indonesia mampu memberi contoh nyata bisa menulis sekaligus mengorganisasikan ide dan gagasan dalam bentuk media cetak.
Dalam hal ini, sebenarnya bukan hanya guru bahasa Indonesia yang digadang-gadang memberikan keteladanan dalam hal menulis di majalah sekolah. Guru mata pelajaran yang lain seharusnya tidak boleh ketinggalan turut serta mengembangkan budaya literasi dengan menerbitkan majalah sekolah. Kerjasama antar guru mata pelajaran akan memberikan warna tersendiri dalam mewujudkan keinginan tersebut.
Kelima, Mengundang partisipasi banyak pihak. Pihak dari dalam sekolah yang turut berpartisipasi mengisi artikel di majalah sekolah tidak hanya siswa, guru pun tidak mau ketinggalan untuk menulis. Sedangkan partisipasi dari luar berupa dukungan sponsor yang dapat membantu pengelolaan majalah dalam hal pendanaan.
Mengingat saat ini pemerintah melarang pungutan dalam bentuk apapun dalam rangka mendukung program sekolah gratis. Maka partisipasi sponsor sangat diharapkan keberadaannya. Tentu saja membutuhkan perjuangan tersendiri untuk dapat menggalang kerjasama dengan pihak lain guna mewujudkan upaya pengembangan literasi dengan menerbitkan majalah sekolah. kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan pendanaan yang didukung pihak lain menjadi tolak ukur terjalinnya kerjasama yang dimaksud.
Keenam, Menjadi bukti autentik tugas. Dengan terbitnya majalah sekolah menunjukkan keseriusan pembimbing ekstrakurikuler dalam hal tugas pengelolaan ekstrakurikuler.
Ketujuh, Merupakan karya inovatif. Penerbitan majalah sekolah akan menjadi karya inovatif mengingat tidak banyak sekolah yang mampu menerbitkan majalah sekolah secara konsisten.
Kedelapan, Menumbuhkembangkan budaya membaca. Keterlibatan langsung antara guru dan siswa dalam menulis artikel di majalah sekolah turut mendorong minat baca mereka. Penerbitan majalah sekolah dapat membuahkan hasil yang sangat menggembirakan sekaligus berdampak positif bagi perkembangan sekolah dan efektifitas pembelajara, terutama pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Berikut uraian dampak positif yang muncul dari strategi yang penulis pilih. Pertama, melatih siswa terampil dalam bidang jurnalistik. Kedua, melatih siswa agar peka terhadap permasalahan lingkungan. Ketiga, sebagai implementasi pembelajaran menulis kreatif dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Keempat, menjadi media promosi bagi sekolah. Kelima, menjadi media atau sumber belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi yang berkaitan dengan teks dan artikel. Keenam, bagi anggota ekstrakurikuler, kegiatan kegiatan yang dilakukan dapat membentuk karakter siswa antara lain: tanggung jawab, disiplin, menghargai karya orang lain dan jujur/objektif. Ketujuh, menjadi media komunikasi atau perantara hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Ketujuh dampak positif tersebut di atas dapat menumbuhkan rasa percaya diri seluruh warga sekolah. Rasa percaya diri akan terimplementasi dalam semangat melu handarbeni atau semangat turut menjaga eksistensi majalah sekolah agar maju dan berkembang.
Beberapa faktor pendukung yang menjadikan majalah sekolah ikut berperan untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan dan budaya literasi, yaitu : Pertama, SDM (Sumber Daya Manusia), meliputi: a) Kepemimpinan yang arif dan bijaksana. Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan merespon positif ide penerbitan majalah sekolah dan peduli terhadap keberlangsungannya, terbukti dengan dukungan dana (modal awal) yang bisa diberikan pada majalah sekolah pada terbitan pertama dan pemberian motivasi pada siswa agar turut mengisi rubrik di majalah sekolah.
b)Guru sebagai fasilitator bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan baru mampu menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan. Dalam hal ini penulis selaku pembimbing ekstrakurikuler majalah sekolah telah memberi keteladanan dalam hal motivasi. Sebagaimana diketahui bahwa seseorang yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran memiliki indikator : memiliki gairah tinggi, penuh semangat, memiliki rasa ingin 5 tahu yang tinggi, mandiri, mempunyai rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Demikian pula bapak ibu guru lain yang menunjukkan antusiasme dengan ikut serta mengisi rubrik yang ada dalam majalah sekolah.
c) Siswa yang memiliki bakat khusus (talent) akademik khusus yaitu bakat untuk bekerja dalam angka (numerik), logika, bahasa dan sejenisnya dan bakat seni, misalnya mampu melukis dengan sangat indah dalam waktu singkat menjadi modal utama keberhasilan majalah Jenius. Di samping itu siswa yang kreatif mempunyai kemampuan menciptakan sesuatu yang baru atau gagasan baru. Bagi siswa yang menjadi anggota ekstrakurikuler majalah, mereka mampu menunjukkan karya nyata dalam bentuk literer;
Selain hal tersebut, Kedua, Lingkungan Alam dan kondisi sekolah. sekolah yang terletak di antara perbukitan hijau atau di kaki gunung. Dengan setting keindahan alam yang membentang, mampu menumbuhkan inspirasi untuk berkarya seni. Dari pemandangan alam yang indah terciptalah puisi, lukisan, karangan dan imajinasi yang lain. Dari suasana pedesaan muncullah ide menulis seluk beluk dan misteri alam yang melingkupinya. Jadi lingkungan alam yang berbukit-bukit dan subur akan menjadi inspirasi yang tidak pernah habis bagi siswa dalam berkreasi seni dan berimajinasi.
Ketiga, Jurusan yang ada di sekolah. sebagai contoh, berdasarkan pengalaman penulis saat pertamakali melepas siswa untuk melakukan kegiatan Prakerin (Praktik Kerja Industri) yaitu siswa TKJ ditempat prakerin sering diminta pengelola atau pelanggan untuk membuat desain-desain grafis, maka didirikanlah ekstrakurikuler desain grafis untuk menunjang kemampuan siswa sesuai kompetensi keahliannya yaitu komputer jaringan.
Hal ini merupakan angin segar bagi tumbuh kembangnya majalah sekolah. Pembimbing ekstrakurikuler majalah sekolah bisa bersepakat dengan pembimbing ekstrakurikuler desain grafis untuk bekerjasama dalam berkarya. Salah satu program yang akan dilaksanakan pengelola majalah sekolah Jenius yaitu menjalin kerjasama dengan pengusaha-pengusaha lokal dalam hal promosi. Misalnya: mengajukan proposal pada pengusaha rental komputer yang ada di wilayah sekitar sekolah, sebagai imbalan majalah sekolah memuat informasi tentang usaha rental komputer tersebut untuk turut mempromosikan. Jadi diprogramkan pencarian sponsor untuk mengatasi masalah pendanaan dalam pengelolaan majalah sekolah.
Selain itu bila memungkinkan majalah akan ditambah halamannya agar kreatifitas menulis lebih leluasa karena selama ini selalu ada naskah yang tidak termuat atau terpaksa harus diringkas untuk memenuhi kuota halaman yang tersedia.
Diprogramkan pula untuk 6 memberi bekal jurnalistik (yang sebenarnya) pada siswa dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan persuratkabaran lokal. Berdasarkan pemaparan penulis tersebut di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa : 1)Kegiatan lomba majalah dinding yang diikuti siswa bisa memberi inspirasi bagi pengambilan kebijakan sekolah membuka semacam lapangan kerja baru bagi guru yaitu dengan pemberian tugas menjadi pembimbing majalah dinding dan majalah sekolah pada penulis. Hal tersebut sangat menunjang tugas guru secara profesional dalam hal mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menguji, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
2)Keberadaan majalah sekolah dapat menginspirasi semua pihak untuk kreatif berkarya. Siswa menjadi antusias menulis karena keinginannya dalam mengekspresikan diri bisa terpenuhi dengan cara tersebut. Disela-sela tugasnya guru menyempatkan diri menulis artikel untuk mengisi rubrik-rubrik di majalah sekolah sehingga tanpa disadari minat menulis pada guru tumbuh dan akan berkembang pada masa yang akan datang. Khusus bagi penulis, keberadaan majalah sekolah menjadi ladang pengabdian yang tulus demi memajukan pendidikan.
3)Majalah sekolah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan dan perkembangan sekolah. Karena majalah sekolah dapat dijadikan media promosi yang efektif dan mendidik. Selain itu dapat pula meningkatkan gengsi sekolah mengingat masih sedikit sekolah yang mau dan mampu menerbitkan majalah sekolah. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis merekomendasikan bahwa majalah sekolah dapat dikembangkan di sekolah menengah khususnya SMA/SMK/MA sederajat.
Rekomendasi penulis didasarkan pula pada teori Jean Peaget bahwa perkembangan kreatifitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif. Jean Piaget mengelompokkan perkembangan kreatifitas dalam empat tahap yaitu : (1) Tahap sensori – motoris (usia 0 – 2 tahun), (2) Tahap pra operasional (usia 2 – 7 tahun), (3) Tahap operasional konkrit (usia 7 – 11 tahun), dan (4) Tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).
Kedua, masih menurut teori Jean Peaget, pada tahap operasional formal anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
Selain itu interaksinya dengan lingkungan sudah sangat cerdas. Dilihat dari persepektif ini, maka perkembangan kreatifitas remaja berada pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal ini. Artinya, perkembangan kreatifitasnya berada pada tahap yang sangat potensial bagi perkembangan kreatifitas. Dan kreatifitas sangat diandalkan dalam pengelolaan majalah sekolah. []
Penulis, Eny Purwaningsih, S.Pd
Pengajar di SMK Negeri 1 Karanganyar



