SOLO – Prosesi peringatan hari ulang tahun Yayasan Istana Mataram yang pertama, bukan hanya diisi dengan kembul bujana serta berkumpulnya trah Dinasti Kraton Mataram saja.
Namun lebih dari itu juga dimaknai dengan membahas evaluasi selama satu tahun kegiatan yang telah dilakukan, diantaranya pembangunan cagar budaya, adat dan tradisi kraton yang merupakan peninggalan leluhur.
Hasil kerja nyata para gusti dan sentana dalem diantaranya berhasil menghimpun dana abadi kemudian dikirim langsung ke nomor rekening ratusan abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta sebagai gaji abdi dalem.
Selain itu juga secara mandiri mensuport dana renovasi atap Siti Hinggil, Keraton Surakarta dengan bimbingan teknis dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
G.K.R. Wandansari atau Gusti Moeng didampingi Dr KP Wirabumi, SH, MM, selaku ketua dewan pakar Istana Mataram, Selasa (23/4/2019) mengatakan, acara ulang tahun Istana Mataram berlangsung pada Sabtu 13 April 2019 dihadiri tujuh perwakilan kerajaan diantara kerajaan Indrapura, Bali, Istana Maimoon Medan dan kerajaan Banjar. “Itu sebuah penghargaan dari kraton se Indonesia yang mengapresiasi kegiatan trah Mataram dinasti Kraton Kasunanan Surakarta,”ujar Kanjeng Wira, panggilan akrab dari Dr KP Wirabumi, SH, MM.
Prosesi ulang tahun di buka dengan tarian Suka Mulya ciptaan GKR Wandansari, selain itu juga ada tarian dari Bali.
Dipaparkan Kanjeng Wira tentang pembangunan cagar budaya yang seharusnya menjadi tanggungjawab pemerintah. Tetapi berhubung situasi dan kondisi saat ini pemerintah khususnya pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikbud yang belum memungkinkan, maka disarankan untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Atap Siti Hinggil, Kraton Surakarta sudah rusak, kondisinya cukup mengkhawatirkan.
baca: Pemugaran Keraton Kasultanan Pajang Dilakukan Mandiri dari Dana Sumbangan Warga
“Sehingga Sitihinggil, yang dibangun oleh Sunan Paku Buwono X pada tahun 1913 direnovasi dengan supervisi dari BPCB agar sesuai dengan kaidah renovasi bangunan yang dilindungi Undang-Undang cagar budaya,” tutur Kanjeng Wira.
Mendengar keluhan abdi dalem, para gusti yang tergabung dalam Istana Mataram bergerak cepat dengan memberikan gaji kepada para sentana dan abdi dalem kraton, melalui akun rekening bank, kepada setiap abdi dalem baik yang mengabdi di lingkungan Kraton Kasunanan Surakarta maupun yang berada di pajimatan makam raja-raja Kraton Surakarta di Imogiri.
Selain masalah adat para sentana dalem yang kebanyakan berprofesi pengusaha sesuai deklarasi didirikan Istana Mataram, setahun lalu yakni mengawali gerakan bernama New Era of economic Culture and Tourism Programmes, lanjut Kanjeng Wira, memfokuskan energi terbarukan tentang budidaya Kemiri Sunan (Reutealis trisperma).
Buah kemiri sunan bisa digunakan sebagai bahan bakar nabati (BBN) dan sumber biodiesel.
“Kami juga berpartisipasi untuk budidaya kemiri sunan yang sebenarnya sejak tahun 2012 telah dilakukan baik dari proses pembibitan, penanaman sampai dengan pemetikan buah, serta pemasarannya. []
sumber: krjogja