Semarak Solo Menari 24 Jam hingga Tarian Bedaya Sukamulya Kraton

Date:

SOLO – Tepat pukul 06.00 WIB Sri Hadi sukses menyelesaikan menari selama 24 jam di hari tari Dunia yang dikemas dalam acara Solo Menari 24 jam di pendopo Institut Seni Indonesia.

Sri Hadi tak sendiri, penari yang sudah berusia lanjut ini ditemani 4 penari lainnya yang juga sukses menyelesaikan menari selama 24 jam.

Tepuk tangan pun langsung bergema, ketika kelima penari yang tampil di dalam Solo Menari 24 ini menyelesaikan tugasnya. Tim medis yang diterjunkan, langsung mengecek kondisi kesehatan kelima penari yang tidak berhenti menari selama 24 jam.

Sebelum pementasan menari 24 jam, Sri Hadi meski usianya sudah menginjak kepala enam, namun dirinya benar-benar telah mempersiapkan fisiknya.

Salah satunya dengan berhenti merokok. Padahal, dirinya ini masuk kedalam kategori perokok berat. Dalam sehari, dirinya bisa saja menghabiskan rokok hingga empat bungkus.

“Selain saya rela untuk tidak merokok, meski berat karena saya perokok berat, empat bungkus sehari l, tapi agar saya bisa menari selama 24 jam, saya berhenti merokok. Terus, saya tiap hari jogging,”papar Sri Hadi.

Dalam event menari 24 jam nonstop ini, Sri Hadi menampilkan dua karya tarian berjudul Suluk Bisma dan Sastra Jiwangga.

Dimana tarian Suluk Bisma ini terinspirasi dari jalan hidup sang Bisma, sementara Sastra Jiwangga diadaptasi dari serat Jaman Edan milik Ranggawarsita.

“Durasi masing-masing tarian adalah 15 -20 menit. Sisanya saya menari sesuai dengan konsep yang telah disiapkan oleh panitia hingga selesai 24 jam,” ujarnya.

Selain lima penari inti yang secara terus menerus menari selama 24 jam non stop ini, kemeriahan hari tari dunia ini pun dimeriahkan puluhan penari yang datang dari berbagai daerah.

Salah satunya dari Kraton Kasunanan Surakarta yang kembali ikut dalam even internasional ini.

Sebanyak 9 penari yang tergabung dalam Sanggar Pawiyatan Kabudayan Keraton Surakarta yang dipimpin GRAy Koes Moertiyah menampilkan tarian Bedaya Sukomulya.

Tarian Bedaya Sukomulya ini diciptakan langsung oleh putri Raja Kraton Kasunanan Surakarta Paku Buwono XII. Tarian ini sengaja diciptakan GRAy Koes Moertiyah atau biasa dipanggil Gusti Mung untuk Pisungsung ayahandanya Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XII, pada saat ulang tahun ke 80 atau tumbukdalem 10 Windu.

Tarian ini terang Gusti Mung diberi nama Bedaya Sukomulyo pada tahun 1992 bertujuan untuk mengingatkan pesan sang ayahanda agar seluruh trah dinasti Mataram Kraton Surakarta selalu mengedepankan kemuliaan dalam kehidupan di dunia.

“Kata Suko (dalam bahasa Jawa) berarti senang. Dan mulyo berarti kemuliaan,” jelas Gusti di Pendopo ISI Surakarta, Selasa (30/4/2019) dini hari.

Dalam Hari Tari Sedunia (HTD) atau World Dance Day, yang jatuh tiap tanggal 29 April, jumlah penari yang terlibat. sekira 6.000 penari dari 175 grup tari di seluruh Indonesia.

Bahkan sejumlah penari dari mancanegara diantaranya dari Prancis, Filipina, Australia dan Timor Leste juga terlibat dieven tahunan ini. []

 

sumber: okzone

 

 

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Pilkada Usai, Ini Harapan Insan Wisata kepada Pemimpin Baru

GUNUNGKIDUL-Pilkada berlalu, sebentar lagi masyarakat siap untuk menyambut pemimpin...

Hasil Tabulasi PKS, Respati-Astrid Peroleh 60,43%

SOLO-Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kota Solo, Daryono,...

Wapres Gibran Nyoblos di TPS 018 Manahan Solo

SOLO-Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka juga telah menggunakan...

Pakta Integritas Cawali dan Cawawali Surakarta dengan MUI, Berikut Isinya

SOLO-Pilkada Kota Surakarta 2024 sudah memasuki hari tenang, tepatnya...