Resensi Buku: Novel Negeri Senja

Date:

Identitas Buku:

Judul Buku      : Negeri Senja

Penulis             : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit           : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit    : Cetakan kelima, Februari 2021

Tebal Buku      : xx + 227 halaman

 

Resensi:

“Bahagia artinya percintaan yang lengkap dengan kepedihannya–di dunia orang dewasa, bukankah kita harus selalu berdamai dengan luka?” (hlm. 177)

Tidak bisa dibayangkan, bagaimana bila matahari senja tertahan di cakrawala, sehingga langit berwarna jingga kemerahan setiap saat. Namun itulah keadaan Negeri Senja, matahari tak pernah tenggelam dan terbit di sana. Waktu akan selalu senja.

Bukan hanya itu, negeri senja juga tidak terdapat dalam peta, tidak ada yang tahu pasti di mana keberadaannya, hanya para pengembara yang diperjalankan ke sana yang tahu. Tidak ada buku sejarah yang mampu dibaca, tiada jam yang menunjukkan kapan siang dan malam.

Tokoh ‘Aku’ dalam buku ini berusaha mengisahkan perjalanannya selama ia berada di negeri senja. Sedikit percakapan, yang ada hanya bayang-bayang manusia tanpa wajah yang jelas. Ditambah dengan kekuatan sang Tirana, kemampuannya membaca pikiran di bawah cahaya senja, membuat tidak ada satupun rakyat yang berani menentang. Berbagai siasat pula telah diupayakan orang-orang tersembunyi untuk mencoba menghabisi Tirana si perempuan penguasa yang buta itu, tapi semua bentuk penyerangan gagal. Kaum fakir, pengawal kembar, rajawali muda, dan komplotan pisau belati menambah ketegangan di negeri senja. Ditambah lagi dengan kemunculan sekumpulan orang pendiri “pasar malam” di seberang sungai, yang memunculkan konflik tersendiri.

Membaca novel ini menjadi pengalaman menarik. Terasa seperti kisah fiksi fantasi penuh nuansa Timur Tengah namun dengan pembawaan fantasi Eropa. Unik dan menantang, namun juga roman. Terbaca jelas pada cover buku ini, genre yang bertuliskan roman. Awalnya kupikir berisi kisah-kisah semacam Aladin & Jasmine atau Laila & Majnun. Sebab buku ini asal kubeli saja tanpa tahu sedikitpun tentang sinopsisnya. Namun semuanya di luar dugaan, tapi sama sekali tidak mengecewakan, justru luar biasa apiknya.

Kisah ini tetap ada nuansa romannya, tapi tidak mendominasi. Hanya saja ada dua tokoh wanita yang masih menjadi pertanyaan besar dalam diriku sebagai pembaca, ialah tokoh bernama Alina dan Maneka. Nama yang cantik, secantik penggambaran penulis untuk keduanya. Bahkan kau tidak akan pernah tahu siapa nama si tokoh ‘Aku’. Sama seperti orang-orang negeri senja, misterius.

Dan pesan tersirat yang dapat diambil ialah, bahwasanya balas dendam tidak akan mampu menyelesaikan masalah dan melunasi rasa kekecewaan. Namun sebenarnya masalah dapat diselesaikan dengan cara yang lebih menyenangkan dan damai.

Kelebihan:

Novel ini memiliki daya tarik yang membuat pembaca semakin penasaran dari tiap bab ke bab selanjutnya. Cara penyampaian sebagian besar isi menggunakan diksi yang indah dan tersirat juga membuat pembaca semakin tertarik.

Kekurangan:

Akhir cerita yang kurang memuaskan bagi saya, sebab agak sedikit menggantung dan seperti ada yang tidak tuntas, masih ada tokoh yang disembunyikan identitas sebenarnya.

 

Biodata Penulis:

Mahasiswi Sastra Indonesia UNS Surakarta dengan nama lengkap Dinda Tri Puspita Sari ini merupakan penulis lepas dan pembelajar dalam kepenulisan. Lebih akrab dipanggil Dinda dan berdomisili asal Jakarta Selatan.

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Pilkada Usai, Ini Harapan Insan Wisata kepada Pemimpin Baru

GUNUNGKIDUL-Pilkada berlalu, sebentar lagi masyarakat siap untuk menyambut pemimpin...

Hasil Tabulasi PKS, Respati-Astrid Peroleh 60,43%

SOLO-Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kota Solo, Daryono,...

Wapres Gibran Nyoblos di TPS 018 Manahan Solo

SOLO-Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka juga telah menggunakan...

Pakta Integritas Cawali dan Cawawali Surakarta dengan MUI, Berikut Isinya

SOLO-Pilkada Kota Surakarta 2024 sudah memasuki hari tenang, tepatnya...