SOLO – Dibimbing oleh Wakil Kepala Sekolah Penggerak Perubahan bidang Humas SD Muhammadiyadiyah 1 Ketelan Surakarta, delapan siswa terpilih, yang didapuk menjadi jurnalis cilik majalah Tunas Melati melaksanakan peliputan Monumen Pers Nasional di Jl Gajahmada No 59, Timuran Kecamatan Banjarsari, Jumat (5/8/2022).
Keseruan terlihat saat para jurnalis cilik itu mewawancarai Kuncoro Marhendro Suryo selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Umum pada Monumen Pers RI.
Seorang jurnalis Gibran Maheswara Javas Setyawan, mengaku senang bisa melakukan peliputan. Apalagi, nantinya hasil karyanya bisa diterbitkan di majalah sekolah dan blog jurnalistik cilik solo.
“Seperti yang disampaikan pak Jatmiko beberapa waktu lalu kalau jadi jurnalis itu menyenangkan. Senang bisa wawancara guru, teman-teman, tokoh, pejabat publik, mudah-mudahan suatu saat saya bisa ketemu dengan Walikota Solo Bapak Gibran Rakabuming Raka. Tadi lega sudah ketemu bapak Kuncoro Marhendro Suryo Kasubag Umum pada Monumen Pers RI,” kata Gibran.
Siswa kelas 5C itu menyatakan, tak hanya sekedar bisa menulis. Menjadi jurnalis cilik di lingkup sekolah ternyata membuatnya tahu beberapa hal. “Termasuk tadi saya tanya ke bapak Yoyok, adakah koran yang memuat dalang-dalang kondang. Kebetulan saya dalang cilik. Bisa dilihat Gibran Maheswara channel,” ucapnya, sambil tersenyum.
Monumen Pers Nasional merupakan satu-satunya monumen penyiaran berita, di Indonesia. Monumen Pers Nasional ini terletak di kota Solo dan merupakan salah satu cagar budaya. Dari luar, bangunan Monumen Pers Nasional tampak seperti candi Borobudur, sehingga tidak akan sulit menemukannya.
baca: Bangun Empati dan Semangat Berkompetisi, Siswa Saksikan ASEAN Para Games 2022
Di dalamnya, kita bisa melihat sejarah seputar surat kabar, sampai melihat koran yang usianya sudah puluhan tahun!
Di dalam Monumen Pers Nasional, ada beberapa ruangan yang terpisah untuk melihat informasi ini.
“Di ruangan ini, ada banyak foto-foto dan arsip asli dari surat kabar zaman dahulu. Terutama, pada zaman sebelum teknologi bisa secanggih sekarang. Dari sini, kita bisa tahu kalau surat kabar pernah ditulis dengan tangan, sampai akhirnya mesin ketik mulai digunakan,” beber Gibran.
Yang menarik, di ruangan ini kita juga bisa melihat jenis-jenis mesin ketik dan kamera yang digunakan para pewarta berita. Bahkan, ada pakaian salah satu wartawan pada masa perjuangan..
“Mulai dari yang lokal sampai nasional, semuanya mengabarkan berita terbaru setiap harinya. Saya bagian generasi milenial wajib selalu berkunjung ke Monumen Pers Nasional yang merupakan bagian penting dari sejarah bangsa,” pungkasnya. []