KLATEN – Sembilan galur varietas padi rajalele diuji coba massal oleh tim Pemkab Klaten dan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), untuk melengkapi proposal syarat uji pelepasan oleh Kementerian Pertanian. ‘ Ada sembilan galur padi yang kami uji bersama masyarakat,” kata Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Pemkab Klaten, Sunarno, Jumat (12/4).
Menurutnya, uji aroma dan rasa itu dilakukan sebagai syarat pelengkap sebelum uji pelepasan oleh pemerintah pusat. Uji rasa dan aroma beras itu melibatkan 80 responden dari berbagai kalangan yang merasakan dan menilai beras rajalele.
Hasil penilaian masyarakat akan disertakan dalam dokumen proposal ke Jakarta. Dari beras sembilan galur itu, dari pengamatan sekilas beras dari galur nomor tiga yang paling memperoleh nilai tinggi. Namun demikian seluruh total penilaian itu akan diputuskan pemerintah pusat dalam sidang pelepasan varietas.
Uji aroma dan rasa itu dilakukan juga untuk membuktikan bahwa rekayasa genetika dengan radioaktif itu diterima masyarakat luas. Hasil laboratorium menunjukkan perubahan signifikan tetapi rasa dan aroma tetap diminati masyarakat.
Sidang uji pelepasan merupakan tahap terakhir setelah Pemkab dan Batan berinovasi sejak tahun 2012 menangkarkan padi rajalele. Jika lulus uji pelepasan, padi varietas baru hasil rekayasa itu akan bisa dilepas ke pasar dan warga Klaten akan memiliki kebanggan.
Kaur Pemerintahan Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Awaludin Harhara mengatakan saat diuji itu ada 12 varian di masyarakat. Beras berasa; dari sembilan galur rajalele dan tiga beras lain sebagai pembanding. Beras sudah dimasak dan dicermati masing-masing responden secara mendetail. []
sumber: suara merdeka