SOLO – Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menghadiri undangan workshop fasilitasi Komunitas Budaya di Masyarakat, yang diselenggarakan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Jakarta.
Workoshop diselenggarakan selama lima hari, Senin-Jumat, 29 April-3 Mei 2019, di Hotel Ciputra, Jl. Letnan Jendral S. Parman, Jakarta Barat, yang dihadiri sekitar 235 yayasan atau komunitas, kelompok, sanggar, maupun perkumpulan-perkumpulan Budaya di seluruh wilayah Indonesia.
Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diwakili oleh GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, selaku ketua yayasan dan GKR Retno Dumilah (anggota), yang dalam workshop tersebut berkumpul dengan peserta lain di seluruh Indonesia, untuk saling bertukar pikiran dalam upaya pengembangan kebudayaan.
Menurut Kanjeng Edi Wirabumi, ketua lembaga hukum Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta, undangan workshop fasilitasi komunitas budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut merupakan langkah maju yang dilakukan pemerintah dalam rangka pelestarian budaya.
Karena dalam workshop tersebut, seluruh kelompok yang tergabung dalam paguyuban, yayasan, dan lainnya, di kumpulkan dan diajak bertukar pikiran dalam rangka pengembangan kebudayaan di masyarakat. Tujuannya jelas, penguatan nilai nilai budaya sebagai benteng pertahanan Indonesia.
“Indonesia memiliki aneka ragam kebudayaan, dan kebudayaan itu harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Karena kebudayaan merupakan salah satu benteng pertahanan Indonesia,” ungkap Kanjeng Edi.
Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, imbuh Kanjeng Edi, terus konsisten dalam upaya menjaga dan melestarikan budaya jawa. Bahkan, baru baru ini telah dibuka dan diresmikan sejumlah paguyuban-paguyuban abdi dalem di Magelang dan Banjarnegara, Jawa Tengah, untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Jawa.
Usai workshop fasilitasi komunitas budaya, dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU), bantuan hibah dana sebesar Rp100 juta dari pemerintah, sebagai sarana merekonstruksi busana-busana adat Keraton, diantaranya busana Kampuhan Ageng, yang terdiri atas Kampuh Gerbong Kandhem (ageman dalem ingkang sinuhun), Ngumbar Kunco (ageman pepatih dalem), Sampir Kunco (ageman pangeran putra dalem), Kepuh Sampir (ageman sentana dalem), dan Kepuh Ukel (ageman abdi dalem). []