SOLO – Kehadiran bubur Samin Banjar menjadi menu buka yang sangat ditunggu-tunggu setiap Ramadan tiba. Antusias masyarakat pun sangat terasa ketika pembagian menu khas di Masjid Darussalam, Serengan.
Selepas Ashar, pengunjung mulai berdatangan silih berganti. Mereka membawa rantang, mangkok, atau tempat makan apapun yang bisa menjadi wadah bubur. Proses pembuatan bubur sudah dimulai sejak siang hari. Namun pembagian bubur ke masyarakat baru dilakukan sore hari menjelang buka puasa.
Sedikitnya ada 1.100 porsi bubur yang dibagi setiap hari. Sembilan ratus porsi untuk pengunjung, dan sisanya dibagikan menjadi takjil untuk jamaah salat Maghrib. Jumlah yang sangat besar tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp 97 juta. Biaya sebesar itu tidak ditanggung sendiri oleh pihak yayasan Masjid Darussalam. Namun juga dibantu oleh para donatur.
“Kegiatan buka bersama di Masjid Darussalam ini sudah dimulai sejak 1965. Kemudian pada 1985, kami mulai membagikan bubur Samin Banjar ke masyarakat,” ujar Ketua Takmir Masjid Darussalam Rosidi Mudhor Senin, (6/5).
Pada awalnya, bubur yang dibagikan hanya menghabiskan 15 kilogram beras. Lama-kelamaan jumlah bubur semakin bertambah. Kini, Rosidi menyebut setidaknya butuh 50 kilogram beras lengkap dengan lauk pauknya untuk membagi ribuan porsi bubur.
“Sebenarnya bubur Banjar tidak jauh berbeda dengan bubur lainnya. Namun, bagi penikmat bubur yang sudah terbiasa dengan bubur ini akan terasa tidak afdal jika tidak menikmati ini. Makanya, kegiatan pembagian bubur ini selalu banyak pengunjungnya,” jelasnya.
Meski namanya bubur Samin Banjar, ternyata tradisi bagi-bagi bubur ini hanya ada di Kota Bengawan saja. Rosidi mengatakan justru di kota aslinya, Banjar, tidak dilakukan tradisi serupa. Sehingga, beberapa masyarakat keturunan Kalimantan merasa bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Karena dapat mengingatkan mereka dengan kampung halamannya.
“Tradisi ini sudah terdengar sampai ke seluruh wilayah Indonesia. Bahkan dari luar negeri pun penasaran dengan kegiatan ini. Jadi tidak hanya go national, tradisi ini sudah dikenal go international,” sambungnya.
Untuk menambah kenikmatan menyantap bubur Samin Banjar, takmir masjid juga telah menyiapkan secangkir kopi susu hangat. Harapannya, pengunjung yang berbuka dapat berbuka puasa dengan menu yang hangat dan menggugah selera.
Nurmalia, warga Kerten, Laweyan, Solo ini mengaku tiap Ramadan tiba ia bersama sang mama selalu menyempatkan mampir ke Masjid Darussalam untuk ikut berebut bubur Samin Banjar. Setiap hari selepas Ashar, ia segera bergegas ke masjid tersebut agar tidak berjejalan dengan pengunjung lainnya.
“Rasanya bubur ini lain daripada bubur biasanya. Bubur Samin ini kental dengan rasa rempahnya. Trus warna buburnya juga kuning kecokelatan kayak ada kuah sopnya. Ini keunikannya yang bikin aku tertarik makan bubur Samin,” ungkapnya.
Karena bubur ini hanya ada saat Bulan Ramadan, Nurmalia pun tak ingin ketinggalan momen istimewa ini. Tak heran, meski tempat tinggalnya jauh dari Masjid Darussalam, ia pasti rela berburu bubur Samin tiap sore menjelang buka. “Kangen saja dengan rasanya. Pokoknya tiap hari harus ke sini makan bubur Samin,” kelakarnya. []
sumber: radar solo