KLATEN – Meski aktivitas Gunung Merapi mengalami penurunan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Merapi untuk tetap waspada terhadap ancaman bencana. Hal ini lantaran karakter erupsi Gunung Merapi yang sukar diprediksi
Dilansir dari laman Klatenkab, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Klaten, Nur Tjahjono mengatakan terjadi perubahan pola bencana erupsi yang terjadi di Gunung Merapi dibandingkan dengan erupsi-erupsi sebelumnya. Dengan demikian, kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan terlebih saat ini status Gunung Merapi masih berada di level Siaga.
“Berdasarkan analisa BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) ada perubahan karakter Gunung Merapi sehingga lebih sulit diprediksi. Tiba-tiba saja naik (statusnya) sehingga masyarakat harus lebih siap siaga,” ungkapnya kepada Tim Pemberitaan Diskominfo Klaten, Selasa (23/2/2021).
Menurutnya upaya kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi Gunung Merapi yang dilakukan, di antaranya dengan menyiagakan TES (Tempat Evakuasi Sementara) di tiga desa; Balerante, Tegalmulyo, dan Sidorejo.
Meski sebagian perlengkapan TES sudah dibongkar dan disimpan, namun fasilitas utama seperti bilik penyekat, masih disiagakan dan baru akan dibongkar bila status dan aktivitas Gunung Merapi menurun.
“Perlengkapan ada di TES semua dan siap digunakan. Namun yang terpenting adalah kesiapsiagaan masyarakat bila terjadi bencana. Dengan karakter Gunung Merapi yang berubah, masyarakat dituntut untuk lebih menyiapkan diri dan selalu waspada terhadap aktivitas Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat,” katanya.
Nur menambahkan meski saat ini dominasi arah material berupa guguran lava pijar ke barat dan barat daya, lereng selatan dan tenggara, termasuk di wilayah Kabupaten Klaten, masih menyimpan potensi bencana yang sama bahayanya. Karenanya aktivitas masyarakat di hulu-hulu sungai di selatan-tenggara juga menjadi pemantauan.