KLATEN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten kembali mengingatkan ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) dan chikungunya. Hal ini seiring belum berakhirnya musim penghujan hingga pekan keempat bulan Februari.
Dilansir dari laman Klatenkab, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Klaten, Anggit Budiarto mengatakan hingga pekan ketujuh 2021, sudah ada 27 kasus DBD. Satu di antaranya hingga menyebabkan kematian.
“Dari laporan yang masuk, total ada 27 kasus DBD yang terjadi hingga pekan ketujuh dengan satu kasus kematian di wilayah Kecamatan Ceper,” ungkapnya, Rabu (24/2/2021).
Ia mengakui kasus DBD yang terjadi di awal tahun 2021 ini masih tinggi terlebih dengan adanya kasus kematian. Menurutnya angka kematian pada kasus DBD seharusnya paling banyak hanya satu kasus dari 100 kasus yang muncul.
“Maksimal satu persen atau satu kematian dari 100 kasus. Meskipun saat ini data masih berjalan, tapi kami akui angka saat ini tinggi,” katanya.
Anggit menjelaskan kondisi cuaca selamat Januari dan Februari sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue. Selain DBD, ancaman yang mengintai adalah penyakit chikungunya. Meski belum ada laporan kematian dalam kasus chikungunya, namun penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
baca: BPBD Himbau Masyarakat Lereng Merapi Tetap Waspada
“Hingga saat ini belum ada laporan kasus chikungunya di Klaten. Tapi saya yakin ada (kasusnya) karena nyamuk pembawanya sama,” paparnya.
Ia menambahkan dibutuhkan upaya penanggulangan agar angka DBD tidak bertambah. Di antaranya pentingnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan 3 M; menguras, menutup, dan mengubur, mengingat musim hujan yang masih berlangsung dan banyak tempat yang bisa dijadikan nyamuk untuk berkembangbiak.
“Di antaranya masih banyak tampungan atau genangan air bening, ditambah masyarakat kurang menerapkan 3 M. Sejauh ini 3 M masih sangat efektif, mengurangi jentik-jentik sehingga tidak tumbuh menjadi nyamuk,” imbuhnya.