SOLO – Mengawali buka puasa dengan menyantap takjil yang menyegarkan, manis, dan berminyak, seperti, es campur, kolak, dan gorengan, menjadi kenikmatan tersendiri bagi orang yang telah seharian menahan haus dan lapar.
Namun, dibalik kenikmatannya, ternyata tidak semua takjil yang dikonsumsi saat berbuka puasa menyehatkan bagi tubuh, lho!
Hal ini disampaikan oleh ahli gizi Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz, Selasa (13/4/2021).
Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz menyampaikan sebaiknya umat Islam yang hendak berbuka memperhatikan kandungan gizi takjil yang hendak disantapnya.
Alasannya, tubuh manusia saat berpuasa tidak mendapat asupan selama kurang lebih 14 jam. Sehingga, dapat meningkatkan risiko hipoglikemi karena minim asupan dan gizi yang didapat ketika sahur telah digunakan sebagai sumber energi dan proses metabolisme tubuh selama seharian.
“Maka, ketika berbuka memang dianjurkan dengan makanan manis dan minum cukup air putih. Namun, konsumsi makanan dan minuman manis itu disarankan tidak melebihi batas yang dianjurkan,” ujar Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz.
Ia menerangkan makanan dan minuman manis memang lebih mudah dan cepat diserap sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan untuk mengganti energi yang dipakai selama seharian.
Namun, tidak selamanya makanan dan minuman manis yang dikonsumsi saat berbuka puasa baik bagi tubuh, apalagi jika dikonsumsi secara terus menerus.
Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz mengingatkan kandungan gula sederhana dan pemanis yang berasal dari gula, sirup, dan susu kental manis berisiko meningkatkan asupan gula darah dan risiko diabetes mellitus.
“Menurut anjuran kementerian kesehatan takaran konsumsi harian untuk gula, garam, dan lemak adalah G4G1L5, yaitu gula 4 sdm, garam 1 sdt, dan lemak 5 sdm minyak. Kandungan gula yang cenderung tinggi pada takjil seperti kolak, es buah, dan sebagainya tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam waktu yang terus menerus dan porsi yang banyak,” terang Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz.
Selain itu, Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz juga menganjurkan umat Islam yang hendak berbuka untuk menghindari gorengan sebagai takjil. Alasannya, tingginya asupan gorengan berakibat pada banyaknya asupan lemak dari minyak dan tepung sebagai bahan adonan gorengan.
Ia menyampaikan asupan lemak yang tinggi dari gorengan yang disantap berisiko meningkatkan kadar kolesterol darah.
“Perlunya memperhatikan asupan ketika berbuka dengan cara membatasi asupan gorengan dan makanan sumber lemak jenuh lainnya secara berlebihan,” ucap Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz.
Secara spesifik, ia juga mengingatkan umat Islam yang hendak berbuka untuk tidak mengonsumsi bakso bakar, siomay, dan batagor secara berlebihan. Sebab, dalam proses pembuatan biasanya menggunakan penambahan bumbu, terutama garam ataupun penyedap rasa lainnya.
“Selain kandungan garam pada adonannya, bumbu yang digunakan juga biasanya menggunakan garam. Kandungan garam tersebut berisiko meningkatkan asupan natrium harian yang mengakibatkan meningkatnya risiko hipertensi dan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh,” imbuhnya.
Jika orang-orang tetap ingin mengonsumsi bakso bakar, siomay, dan batagor sebagai takjil, ia mengingatkan makanan tersebut boleh-boleh saja dikonsumsi asal tidak dalam frekuensi yang terlalu sering dan berlebihan.
Agar tubuh selalu sehat dan bugar selama menjalankan ibadah puasa, Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz menyarankan Umat Islam untuk meminum air putih saat berbuka. Tujuannya, untuk mencegah dehidrasi.
baca: Menikmati Wedang Rempah di Antara Semilir Ringin dan Gemericik Sungai
Selain itu, ia menganjurkan saat berbuka puasa untuk mengonsumsi variasi kudapan yang berasal dari buah-buahan dan sumber karbohidrat kompleks (gandum dan biji-bijian).
Seperti dengan membuat jus buah, puding buah, agar-agar dari bahan dasar buah, smoothies buah dan yoghurt, biscuit homemade dengan bahan gandum, biji-bijian, dan buah.
“Bisa juga dengan makanan sumber energi lainnya, seperti buah potong, olahan takjil buah-buahan, atau makanan ringan sumber karbohidrat tetapi minim gula sederhana atau pemanis tambahan, misal kue kering, crackers, atau roti gandum,” jelasnya. []