SOLO – Indonesia membukukan skor yang cukup tinggi dalam aspek penggunaan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini menggambarkan tingkat adopsi teknologi yang tinggi, terutama terkait tingkat kepemilikan ponsel pintar dan akses internet. Terlebih lagi ketersediaan jaringan data seluler yang makin merata di seluruh Tanah Air membuat penetrasi internet semakin besar.
Sayangnya, perkembangan pesat digitalisasi, terutama dalam sektor ekonomi baru terjadi di daerah perkotaan dan beberapa provinsi dengan kecepatan adopsi teknologi yang tinggi. Hal ini menyebabkan adanya digital divide, jurang pemisah antar daerah-daerah di berbagai penjuru Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia.
Selain itu, hal ini berpengaruh dalam aspek sumber daya manusia dan kewirausahaan. Langkanyapasokan talenta digital dan keterbatasan institusi pendidikan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil di bidang teknologi dan informasi memperlihatkan belum banyak pelaku usaha yang membuka bisnis atau bekerja dengan memanfaatkan teknologi digital.
Terkait persoalan ini, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia sebagai penyelenggara B20 Indonesia 2022 menggelar side events Gugus Tugas Digitalisasi yang mengambil tema “MenjembataniImplementasi Teknologi ke Daerah-daerah di Seluruh Indonesia,” Kamis (31/3/2022) di Solo bersamaan dengan acara Digital Nusantara Expo Summit (DNES) 2022.
Dalam dialog yang menghadirkan Aldi Haryopratomo, Board of Halodoc, Efishery dan Mapan dan Fajrin Rasyid, Director of Digital Bisnis PT Telkom Indonesia serta dipandu oleh Firlie Ganinduto, Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Informatika KADIN Indonesia, membahas bagaimana memastikan seluruh wilayah Indonesia itu terhubung dengan sistem digital yang handal.
Saat ini, menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi Kementerian Komunikasi dan Informatika telahmenargetkan tahun 2023 mendatang 12.548 desa yang saat ini belum terjangkau sinyal 4G, nantinya bisa menikmati sinyal internet 4G dan mampu mengakselerasi transformasi digital di seluruh Indonesia.
Aldi Haryopratomo mengatakan saat ini, selain pekebun yang mulai mengadopsi teknologi untuk bisnis, sektor perikanan juga memiliki peluang untuk mengadopsi teknologi digitalisasi dari hulu sampai hilir dalam meningkatkan unit bisnisnya, seperti yang dilakukan oleh EFishery. Ia mencontohkan bagaimana Efishery menggunakan sistem robotik untuk memberi makan ikan yang dibudidayakan secara otomatis.
“Saat ini di setiap sektor di Indonesia, selalu ada peluang bagi kita untuk menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan output mereka. Namun masalah terbesarnya, bagaimana mensosialisasikan dan melatih orang-orang di desa atau daerah tentang program-program digital ini. Intinya memang diawali oleh literasi digital,” kata Aldi.
Di satu sisi, kita memiliki perusahaan rintisan yang telah membangun teknologi luar biasa yang bisa meningkatkan pendapatan hingga 40%. Namun di sisi lain, kita memiliki komunitas petani yang bahkan tidak menyadari teknologi seperti itu ada. Aldi mengatakan, dirinya banyak belajar, untuk membangun kepercayaan dan literasi digital di komunitas petani atau pembudidaya ikan dibutuhkan pendekatan secara kultural.
Pengembangan UMKM Melalui Platform
“KADIN Indonesia yang memiliki jaringan di seluruh daerah punya potensial untuk mengambil peran sebagai motor perubahan dan penggerak digitalisasi dengan membangun platform wikiwirausaha.id. Platform ini ikut memberdayakan dan membesarkan UMKM dengan memecahkan masalah terkait rantai pasok serta sebagai jembatan penghubung UMKM/ koperasi dengan program startup dan pemerintah daerah terkait pemberdayaan,” kata Aldi Haryopratomo yang juga Wakil Ketua Umum Bidang Wirausaha KADIN Indonesia.
Aldi menambahkan, platform wiki wirausaha.id ini mengambil semangat wikipedia yang mengedepankan kolaborasi dalam kontennya. Jadi, KADIN Indonesia mengkurasi program-program unggulan milik start up dan pemda yang bisa membesarkan UMKM sehingga masalah rantai pasok bisa cepat terselesaikan.
Menurut Aldi, program dan platform KADIN Indonesia mengenai wikiwirausaha.id ini bisa jadi percontohan bagi negara-negara G20 atau negara berkembang yang juga memiliki persoalan serupa.
Sudah saatnya sektor swasta dan pemerintah berkolaborasi mengatasi persoalan kesenjangan digital agar bisa bangkit dan pulih dari pandemi, serta mendorong produktivitas dan pendapatan.
Terkait implementasi di daerah, Aldi mengatakan pentingnya berkolaborasi dengan pemerintah setempat dan komunitas masyarakat yang ada. Perusahaan teknologi bersama pemerintah daerah bersama-sama berkolaborasi dalam membangun infrastruktur digital serta mengembangkan pengetahuan digital yang bisa meningkatkan kualitas hidup di masyarakat. Kemitraan publik-swasta, lanjut Aldi menjadi kunci percepatan digitalisasi di daerah.
Senada dengan Aldi, Fajrin Rasyid Director of Digital Bisnis PT Telkom Indonesia mengatakan
digitalisasi menjadi kunci utama ekonomi. Saat ini, kata Fajrin, Telkom memiliki program strategis dalam meningkatkan akses digital nasional melalui penguatan jaringan backbone dan gateway international, pengembangan ekosistem Data Center untuk mengakselerasi ekosistem berbasis cloud, pengembangan distributed POP untuk peningkatan kualitas layanan seperti latency dan packet loss serta percepatan penggelaran jaringan 5G.
“Tantangannya, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang tentunya tidak bisa begitu saja menggunakan konektivitas fixed line. Kami memiliki lebih dari 100.000 kilometer serat optik, dengan cakupan 96 persen. Kami juga memiliki lebih dari 200.000 BTS, mencakup lebih dari 99% populasi serta memiliki lebih dari 37 pusat data di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Seperti halnya Aldi, Fajrin juga mengatakan semua tujuan Telkom tidak akan tercapai tanpa adanya
kemitraan dan kolaborasi dengan pihak swasta, salah satunya KADIN Indonesia yang berinisiatif meluncurkan KADIN Hub Tech, sebuah platform yang menjembatani industri dan juga penyedia solusi. Industri atau perusahaan bisa menyampaikan masalah mereka dan startup, akademisi atau peneliti yang memiliki proyek solusi bisa memberikan pemecahannya.
“Telkom juga mendukung Presidensi G20 sekaligus B20 Indonesia yang berharap melalui 7 Gugus Tugas, salah satunya Digitalisasi di mana saya bersama Dirut saya duduk sebagai pimpinan dalam gugus tugas tersebut bisa memberikan rekomendasi kebijakan yang memenuhi kebutuhan industri serta mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan,” ujarnya.
Baik Aldi maupun Fajrin menyepakati, Indonesia memiliki potensi besar sebagai pusat pengembangan digitalisasi dunia, terutama di Asia. Selain memiliki penduduk dengan penetrasi internet yang besar, Indonesia juga memiliki banyak anak muda usia produktif yang bisa menjadi talenta digital di masa depan.
Harapannya, universitas, pemerintah maupun komunitas bisnis ikut meningkatkan kualitas talenta digital tersebut agar memiliki kemampuan untuk bisa berkontribusi menyelesaikan problem sosial.
Sementara itu, CEO Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah yang juga Ketua Gugus Tugas Digitalisasi B20 menyampaikan Telkom dengan infrastruktur yang dimiliki saat ini, mulai dari data center yang tersebar di berbagai titik di Indonesia, jaringan kabel bawah laut, serta program Indonesia Digital Network, siap menjadi National Digital Platform untuk percepatan digitalisasi bangsa sampai ke pelosok daerah.
“Saat ini, kami bertransformasi menjadi digital telco yang tentunya mengharuskan Telkom untuk memiliki kapabilitas digital yang mumpuni atau National Digital Platform yang menyediakan industry data center dan platform serta riset pengembangan cloud service sehingga bisnis dan pelayanan publik berjalan lebih efektif, efisien dan memiliki tingkat keamanan tinggi,” jelas Ririek.
Ketua Penyelenggara B20 Indonesia, Shinta Kamdani menjelaskan, kepemimpinan Indonesia dalam B20 tidak bisa hanya dimaknai sebagai penyelenggara forum internasional, namun juga sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi nasional melalui gagasan dan sumber daya dari kalangan bisnis.
baca: Ramadhan dan Lebaran 2022 Bank Indonesia Solo Siapkan Rp4,9 Triliun
“Digitalisasi Nusantara menyentuh concern tersebut dengan menghadirkan berbagai aktor yang relevan dalam transformasi digital di Indonesia. Digitalisasi Nusantara adalah salah satu bentuk konkrit dari penyelenggaraan B20 Indonesia yang memberikan kontribusi langsung ke masyarakat, khususnya UMKM nasional melalui digitalisasi agar dapat meningkatkan produktivitas dan akses terhadap pasar regional dan global serta inovasi pemulihan dari pandemi,” ujar Shinta.
Shinta menambahkan, inklusivitas adalah prinsip yang terus dijaga dalam seluruh kegiatan B20 Indonesia dan terlihat bagaimana DNES juga meneguhkan nilai tersebut melalui partisipasi pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, pakar, dan juga asosiasi bisnis serta kelompok masyarakat di Indonesia.
“Tren dunia menunjukkan peningkatan populasi digital, koneksi internet, dan juga pengembangan teknologi mutakhir seperti AI, Big Data dan Internet of Things. Kami di B20 Indonesia memanfaatkan momentum digitalisasi sebagai pendorong pemulihan ekonomi global yang lebih inovatif juga kemajuan ekonomi daerah di Indonesia,” jelas Shinta yang juga Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia. []