SUKOHARJO – Muhammadiyah sudah 112 tahun sejak berdirinya pada 8 Dzulhijjah 1330 H. Dalam usia yang sudah matang tersebut, kontribusi Muhammadiyah untuk Indonesia sudah tidak dapat dihitung lagi jumlahnya.
“Dengan banyaknya kontribusi tersebut, sudah tentu gerakan Muhammadiyah tidak sepatutnya disekat dengan batasan-batasan geografis lokal maupun regional, tetapi sudah sepatutnya berada dan menjamah ranah internasional,” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si.
di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (20/5).
Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah yang digagas pada Muktamar di Jakarta tahun 2000 adalah untuk menunjukkan bahwa Muhammdiyah telah matang dan mampu untuk memperluas syi’ar dakwahnya ke manca negara.
Gagasan tahun 2000 yang secara praksis diterjemahkan menjadi pendirian Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di berbagai negara, kemudian ditegaskan kembali pada Muktamar ke-47 di Makassar bahwa Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah harus diteruskan dan dibarengi juga dengan gerakan internasionalisasi paham pemikiran Muhammadiyah.
Sofyan menambahkan, Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah adalah proyek besar yang bertujuan bukan hanya memperkenalkan, tetapi juga menempatkan dan menjadikan Muhammadiyah sebagai bagian tak terpisahkan dari umat Islam di level global.
“Maka dari itu, goal nya bukan hanya agar masyarakat dunia melek akan eksistensi Muhammadiyah, tetapi juga membutuhkan Muhammadiyah di tempatnya, atau bahkan merasa kurang dan kehilangan jika Muhammadiyah tidak tampil di negara tersebut,”tambahnya.
Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah ini menjadi usaha kolektif seluruh kader persyarikatan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka yang berada di luar negeri dan bergerak di PCIM menjadi ujung tombak dan perantara perluasan gerakan Muhammadiyah, sedangkan yang di dalam negeri terus berkoordinasi dengan pihak-pihak PCIM, tidak hanya sebagai penghubung lisan, akan tetapi menjadi center hub dalam diaspora keilmuan, humanitarian, dan people diplomacy.
Lanjut Sofyan, Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai AUM juga telah melakukan usaha-usaha terbaiknya untuk menjalankan agenda internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah.
Pondok Hajjah Nuriyyah Sobron beberapa tahun lalu, dan juga tahun ini akan mengirimkan kader Muhammadiyah terbaik untuk ditempatkan di Kamboja dan Thaildand.
Pondok Abu Bakar as Shiddiq yang saat ini dipimpin Drs. Ma’arif Jamuin, M.Si juga telah membuat konsep untuk memanfaatkan jaringan PCIM di Timur Tengah dalam hal lisensi sertifikasi Bahasa Arab di al Azhar dan Univesitas Islam Madinah.
“Selain itu juga pada tahun 2019 ahli-ahli penelitian UMS diberangkatkan ke Malaysia, yang saat itu disambut hangat oleh Mufti Perlis dan sultan Negeri Perlis. Saat itu salah satu poin yang juga dibicarakan adalah pendirian Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM),”ungkapnya.
Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah & Aisyiyah ke-48 dengan tema Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah ini pastinya akan menjadi katalis usaha internasionalisasi selanjutnya.
Terlebih lagi acara ini diagendakan selama 2 hari dengan berbagai narasumber terbaik persyarikatan. Elaborasi detail langkah Muhammadiyah di kancah internasional dan usaha yang perlu dilakukan berikutnya tentu akan dibicarakan pada 3 panel di hari pertama.
Kemudian belasan PCIM dan Kedubes maupun atase pendidikan yang akan berdiskusi dalam skema Roundtable Discussion secara intens di hari kedua tentu akan membawa dampak positif.
Terlebih lagi, target outcome dari agenda ini sangat fantastis, yaitu buku 3 bahasa, prosiding seminar dan juga manual Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah: Arah, Strategi dan Manhaj Gerakan, yang akan menjadi dasar penentu kerja PCIM.
baca: Gelar Musyker, Yayasan Uswatun Hasanah Surakarta Kokohkan Lembaga
“UMS mensupport seluruh usaha seminar pra muktamar ini. Fasilitas terbaik diberikan untuk memastikan bahwa seminar ini dapat memenuhi target yang telah dicanangkan. Mulai dari SDM, gedung, IT support, transportasi, penginapan dan berbagai hal lain telah dikerahkan agar seminar pra muktamar ini optimal,”pungkasnya.
Seminar dibuka oleh Rektor UMS Prof Sofyan Anif, dengan keynokeynote speech Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Sedangkan narasumber seminar antara lain mantan Dubes Indonesia untuk Inggris Rizal Sukma, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Amien Rais. []