SOLO – Pengamat Strategi dan Pertahanan Program Studi (Prodi) S-1 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Lukman Fahmi, S.IP, M.Si, menyebut kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina-Rusia sebagai langkah menuju perdamaian.
Meski begitu, ia menilai proses untuk mendamaikan kedua negara memerlukan jalan yang panjang. Sehingga membutuhkan waktu dan tidak bisa dilakukan sekejap mata meski Presiden Jokowi berinisiatif mengunjungi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
“Akan ada jalan panjang menuju perdamaian,” ujar Lukman Fahmi, M.Si dalam Panggung Demokrasi “Misi Damai Jokowi ke Rusia dan Ukraina” yang disiarkan kanal YouTube Tribunnews, Rabu (29/6/2022) sore.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa peran Indonesia menjadi penengah konflik Ukraina-Rusia tidaklah mudah. Pasalnya, dibutuhkan kepercayaan dari setiap pihak yang berseteru supaya dapat mempercayai Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Lukman Fahmi, M.Si tercermin dari rute perjalanan Presiden Jokowi usai meninggalkan KTT G7 di Jerman dengan mengunjungi Ukraina terlebih dahulu.
Bagi Lukman Fahmi, M.Si, lawatan luar negeri Presiden Jokowi ke Ukraina sebelum bertemu Vladimir Putin adalah upaya membangun kepercayaan dari negara ini. Ia menilai Ukraina belum memiliki banyak kepercayaan ke Indonesia.
“Ukraina belum punya trust lebih seperti (hubungan) Rusia ke Indonesia,” tambahnya.
Lukman Fahmi, M.Si juga mengutarakan, kunjungan luar negeri Presiden Jokowi kali ini istimewa. Pasalnya, mantan Wali Kota Solo ini membawa sejumlah topik penting bagi kepentingan domestik dan internasional, salah satunya adalah humanitarian crisis.
Topik tersebut menjadi bahasan yang penting sebab konflik berkepanjangan antara Ukraina-Rusia membawa kerugian bagi dunia, yaitu terputusnya global supply chain, terutama pasokan gandum.
Masalah tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara-negara di Eropa, tapi juga Indonesia yang masih mengandalkan impor gandum dari Ukraina. Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu, harga gandum dunia meroket.
“Mungkin juga (membahas) supply gandum dan ini menjadi (salah satu) prioritas bagi Pak Jokowi. Saya melihat ada (bahasan) food security karena sebagian besar supply gandum dari Ukraina. Supaya bisa diizinkan untuk dieskpor ke beberapa negara,” imbuh Lukman Fahmi, M.Si.
Upaya Presiden Jokowi Melepaskan Diri
Dalam kesempatan tersebut, keberanian Presiden Jokowi mengunjungi Ukraina dan Rusia disebut Lukman Fahmi, M.Si punya “misi khusus”. Presiden Jokowi terlihat ingin melepaskan diri dari usaha negara-negara barat anggota G20 yang mendesaknya menjauhi Rusia.
Hal tersebut memang terasa sejak Indonesia memegang Presidensi G20 dan berencana menggelar KTT akbar forum kerja sama multilateral beranggotakan 19 negara ini di Bali pada November mendatang.
AS bersama negara-negara sekutunya sempat mendesak Indonesia menjatuhkan sanksi ekonomi bagi Rusia, termasuk mengancam tidak hadir dalam KTT G20 di Bali usai Presiden Jokowi membuka pintu bagi kedatangan Vladimir Putin.
“Ada beberapa hal yang mendasari untuk datang ke sana (Ukraina dan Rusia). Ini seperti permainan catur, ketika G20 di bulan November, negara-negara barat mendesak Indonesia (hanya) mengundang salah satu dari Ukraina dan Rusia yang menjadikan Pak Jokowi semakin terpojok,” ujar Lukman Fahmi, M.Si.
Meski begitu, ia menilai kehadian Presiden Jokowi di medan perang sebagai hal yang menguntungkan. Lantaran tahun ini Indonesia memegang Presidensi G20 sekaligus menjadi tamu dalam KTT G7 yang digelar di Jerman beberapa hari yang lalu.
“Kalau mau dibilang strategis, saat ini Pak Jokowi dalam kondisi yang cukup menguntungkan. Beliau membawa (topik) krisis kemanusiaan, juga krisis pangan global. Bisa juga untuk memberikan undangan KTT G20 di Bali kepada Zelenskyy dan Vladimir Putin secara langsung,” imbuhnya.
baca: Calon Haji Sakit dan Tertunda Dapat Diberangkatkan Tahun Depan
Saat ditemui secara terpisah di FISIP UNS, Lukman Fahmi, M.Si turut menanggapi komentar warganet di media sosial yang membandingkan keberanian Presiden Jokowi dengan Presiden AS Joe Biden.
Pasalnya Presiden Jokowi berani melakukan lawatan luar negeri ke Ukraina. Sedangkan Joe Biden hanya berkunjung ke Polandia untuk mengunjungi pengungsi Ukraina di negara ini.
“Kalau itu memang masalah keamanan (Joe Biden). Lagi pula kepentingan dan agenda yang dibawa Pak Jokowi lebih banyak daripda Biden,” pungkasnya. []