KLATEN-Sarasehan budaya dengan mangambil tema, ‘Wayang Tangguh Wayang Mendunia Reaktualisasi Seni Budaya Wayang Dalam Media Baru’ diadakan di padepokan Dalang Ki Bagong Darmono, Juwiring, Senin (31/11/2022). Hadir dalam diskusi tersebut Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Qutly Alkatiri dan Ki Bagong Darmono.
Quatly menjelaskan diera baru perlu ada inovasi agar wayang tetap diterima. Selain itu untuk mempertahankan agar tidak terjadi masuknya budaya barat.
“Saat ini menonton wayang tidak perlu datang namun adanya tekonologi ninternet bisa dilihat seluruh dunia melalui streaming. Ini bisa disebut wayang mendunia,” ujarnya.
Di Jawa Tengah sendiri eksistensi wayang masih ada hal ini dibuktikan dengan banyaknya dalang dan masih berkarya.
Sementara itu, Ki Bagong menjelaskan bahwa budaya wayang telah melekat di hatinya karena banyak kelurganya yang juga menjadi seniman.
“Keluarga saya dulu juga dalang, saudara saya 11 semua dalang, saat SD sudah dikenalkan dengan wayang kulit,”katnya.
Di Padepokan disini selain didakan pementasan wayang kulit juga ada pendidikan belajar wayang. Seminggu dua kali masyakat bisa belajar tentang seni pedalangan.
Seni wayang merupakan sarana efektif dalam menyampaikan informasi ke masyarakat selain itu juga ditampilkan pesan-pesan moral kebaikan.
“Menurut sejarahnya dulu wayang bersal dari India namun oleh Walisongo kemudian dirubah menjadi seperti saat ini,” pesannya.
Saat ditanya pengalaman apa yang menarik Ki Bagong menjelaskan pernah diminta pentas di Kementrin Luar Negeri dengan berbahasa Inggris dan pesertanya para duta besar.
Untuk menarik generasi muda perlu sebuah terobosan dalam pementasan dintaranya adalah menggunakan media sosial.
“Selain menggunakan medsos kami juga menyisipkan bahasa prokem agar anak muda tertarik,”tuturnya.
Terakhir sebagai aktivis seniman Ki Bagong berharap agar wayang terus bisa eksis menjadi sarana hiburan dan eduksi.
“Harapan saya wayang tetap ngremboko mengawal adat ketimuran, semoga bayak masyarakat yang melestarikan budya wayang,”harapnya.
Usai berdiskusi dilanjutkan dengan pementasan wayang kulit yang mengambil judul ‘Wohing Swarga Mulya’. []