Menjadi Tua dan Sunyi
Duduklah disini barang sejenak
Menikmati senja yang singkat
Memandang lekat gurat kehidupan yang pekat
Membuang gusar meski sesaat
Duduklah disini barang sejenak
Temani aku menyeduh secangkir kopi yang tergeletak sunyi
Dan biarkan telingamu menjadi saksi
Tentang kisah kejemawaan
Aku tidak lagi seelok dulu
Ketika kupu-kupu berebut hinggap dibajuku
Bahkan mentari malu-malu mengiringi derap langkah ku
Pesona sang arjuna melekat begitu kuatnya
Sayang waktu melenyapkan segalanya
Uban dikepalaku sekali dua kali berbisik
Waktuku tinggal sejengkal
Nafasku kadang tersengal
Tak banyak yang bisa kusampaikan
Biarlah,
Sunyi tidak selalu berwarna sendu
Biarkan Tuhan memeluk diri
Menjadi cahaya di tengah sunyi
18 Januari 2021
Luka Lelaki Laku
Menjadi berbeda di tengah semak belukar
Terkungkung sepi dalam balutan luka
Diri hendak mengadu, pilu
Mengapa dihadirkan sembilu jika hanya menyebabkan kelu
Rumput tidak pernah mengaduh, aku tahu
Kubiarkan mereka menggugat
Aku pun malu
Diperdengarkan kepadaku kidung cinta
Nyanyian-nyanyian penggugah jiwa
Disadur oleh semesta
Tuhan itu pelita
Diperlihatkan kepadaku alur cahaya
Gelap pekat sirna
Aku tak mau lagi menghamba duka
Ada jelita yang menghadirkan cinta
Aku bahagia
6 Desember 2020
Bias
Langit tetiba suram
Wajah-wajah bias memainkan peran
Terdengar suara tajam memekakkan telinga
Pun asma Tuhan yang terdengar lirih
Senja benar saja mengisyaratkan luka
Pada manusia-manusia renta yang menghamba kesunyian
Terjebak dalam bara yang makin ganas menerkam
Beberapa pasang mata melempar sedih dalam kepalsuan
Senyum kemenangan tergores samar
Sekeping hati dicampakkan
Untuk sebuah nama
Keangkuhan
28 Januari 2021
Oleh: Muhsin Sakhi
Guru, tinggal di Boyolali