BOYOLALI-Bijak bermedia sosial sangat diperlukan untuk mencegah terpaparnya paham radikal. Sifat media sosial yang bebas dan masif menjadikan masyarakat mudah mengakses serta menyebar luaskan pemikiran.
Hal itulah yang di sampaikan oleh Ketua Yayasan Gema Salam, Joko Triharmanto atau yang akrab dipanggil Jack Harun saat diminta mengisi materi di acara Sosialisasi Penguatan Demokrasi Daerah dengan tema Nilai-Nilai Pancasila dalam Memperkuat Demokrasi Masyarakat di Aula Desa Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono, Kamis (19/1/2023).
Jack menambahkan salah satu korban dari media sosial adalah mantan Napiter Ika Puspitasari asal Purworeja. Ika dulunya seorang TKW yang bekerja di Hongkong kemudian karena pengeruh media sosial dia lantas bergabung dengan ISIS dan mendanai aksi pengeboman di Indonesia.
“Bahkan pada tahun 2016 Ika berencana akan melakukan aksi pengeboman di Bali, namun sebelum aksi tersebut terlaksana dia sudah ditangkap Densus 88,”ujarnya.
Contoh lainnya adalah Nurshadrina Khaira Dhania terpapar paham radikal dan bergabung dengan ISIS karena pengaru media. Bahkan ia bersama keluarga besarnya juga sempat pergi ke Suriah.
“Namun baik Dhania dan Ika sekarang sudah bertobat dan kembali ke NKRI,” katanya.
Di akhir sesinya Jack Harun berharap semua pihak saling bahu membahu bergandengan tangan untuk mawas diri terkait penyebaran paham radikal yang terus saja berkembang kapan saja di mana saja.
“Jangan mudah terpengaruh dengan media sosial, semua harus bijak melakukan cek dan ricek agar tidak menjadi korban kepentingan orang yang tidak bertanggung jawab,”tambahnya.
Sebelumnya kegiatan tersebut diisi oleh anggota DPRD Jawa Tengah asal PDI Perjuangan, Sarno SE yang membahas tentang makna demokrasi, bentuk masyarakat demokratis, serta penguatan nilai-nilai Pancasila. []