Home Solo Raya Menyambut Malam Lailatul Qadar Keraton Solo Gelar Kirab Malam Selikuran

Menyambut Malam Lailatul Qadar Keraton Solo Gelar Kirab Malam Selikuran

0

SOLO-Tradisi menyambut datangnya malam lailatul qadar selasa malam digelar keraton kasunanan surakarta, Selasa (11/4/2023).

Tradisi malam selikuran atau ke 21 puasa sejak masa Pakubuwono IV ini dimulai dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta dengan membawa ribuan nasi tumpeng dan lampu oncor. Di akhir kirab ribuan nasi tumpeng dibagikan.

Inilah kirab malam selikuran yang sudah menjadi tradisi Keraton Solo yang digelar setiap malam kedua puluh satu ramadhan. Ritual kirab malam selikuran ini diawali dengan kirab prajurit keraton, abdi dalem, serta sentono dalem keraton, dari Kraton Kasunanan Surakarta dengan membawa ratusan obor yang bermakna sinar terang seribu bulan.

Sementara di bagian belakang barisan pasukan keraton, diikuti ratusan abdi dalem lainnya dengan membawa ancak cantaka atau wadah wadah yang berisi nasi dengan telur puyuh, nasi tersebut adalah  tumpeng sewu atau tumpeng seribu yang bermakna rasa syukur kepada tuhan  atas segala limpahan berkahnya. Mereka berjalan kaki dari kraton menuju menuju Masjid Agung Surakarta.

Usai didoakan, ribuan nasi tumpeng dibagikan ke para abdi dalem Keraton Kasunanan hingga warga masyarakat yang berada di sekitaran Masjid Agung Surakarta.

Menurut Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Solo Gusti Moeng kirab malam selikuran digelar untuk menyambut malam lailatur qadr pada bulan Ramadan. Saat kirab tersebut para peserta kirab melantunkan salawat dan berdoa supaya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan itu mendapatkan ramhat dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Kirab malam selikuran membawa lampu ting karena ya cahaya tadi karena kan ini seribu bulan lailatur qadr itu, artinya begitu. Jadi kita menyambutnya ya di malam hari mendapatkan penerangan karena bulan dan bintang itu bagi orang kan menuntun di kegelapan untuk mendapatkan terangnya,”katanya, Selasa (11/4/2023).

Sementara itu, masyarakat nampak antusias mengikuti tradisi malem selikuran meskipun dimulai ukul 10 malam habis taraweh hingga larut malam. Mereka nampak senang saat menerima tumpeng sewu  kemudian memakan bersama sama. Bagi warga dan abdi dalem merupakan berkah. []

 

Exit mobile version