“Kawan, keinginan terindah dalam pelukan semesta untuk berdendang dalam untaian nada dan irama yang memantik keheningan dan kesunyian setiap insan untuk berkarya dan berliterasi dengan Ratulisa sepanjang masa”
Proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berbasis proyek, masalah, dan kasus di SD, SMP, SMA, SMK, dan PT menjadi media dan wadah untuk pembentukan karakter secara bertahap dalam fase ke-1 sampai dengan fase ke-7. Fase ke-1 dilaksanakan saat dalam kandungan oleh ayah bunda tercinta, fase ke-2 saat anak sudah lahir sampai dengan prasekolah dan masuk TK, fase ke-3 saat belajar pada pra TK sampai masuk TK, fase ke-4 dilaksanakan saat pembelajaran di TK dan SD, kemudian fase ke-5 dilakukan saat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia saat SMP, kemudian fase ke-6 saat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA dan SMK, dan fase ke-7 saat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di perguruan tinggi melalui mata kuliah wajib kurikulum perguruan tinggi (MKWK) dan praktik di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan 7 fase proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut dapat diyakinkan proses pembentukan karakter para pelajar dan mahasiswa di seluruh wilayah NKRI dapat terwujud sejak dini dan berkelanjutan. Hal ini sebagai bentuk proses penyamaan persepsi dalam strategi berkomunikasi yang baik, benar, dan santun. Pembekalan secara rutin dan berlatih secara terus-menerus dengan dibelaki sumber-sumber literasi kreatif, baik dalam bentuk cetak maupun digital sangat bermanfaat bagi seluruh multigenerasi NKRI secara komprehensif dan berkelnajutan.
Komitmen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sejak dalam kandungan sampai perguruan tinggi dan praktik dalam masyarakat dalam rangka untuk membentuk kecerdasan pelajar dan mahasiswa secara komprehensif dan berkelanjutan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi secara nyata teknik penggunaan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui proses berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk multigenerasi NKRI. Jiwa-jiwa pelajar dan mahasiswa yang terbelenggu dalam konteks penggunaan kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana secara komprehensif akan dapat diurai dengan berlatih dan terus berlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun sejak dini.
Penggunaan dan pemahaman konteks komunikasi yang komprehensif dan berkelanjutan sesuai denan konteks penggunaannya sangat diperlukan oleh generasi muda yang harus terus memiliki modal dasar berbahasa yang baik, benar, dan santun dalam berbagai konteks kehidupan. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang prasekolah dan sekolah untuk menanamkan norma baik dan tahu serta memahami dan menghindari norma yang jelek atau kurang baik untuk perkembangan dan kemajuan diri multigenerasi NKRI.
Proses pembentukan karakter di perguruan tinggi dilakukan melalui pembelajaran MKWK bahasa Indonesia berbasi proyek dan studi kasus pada semua program studi secara berkelanjutan. Bapak dan ibu dosen MKWK bahasa Indonesia harus dapat mengemas dan menomunikaskan berbagai kasus dan contoh karakter-karakter yang harus diteladani oleh multigenrasi NKI dan karakter yang harus dihindari dan tidak dicontoh oleh multigenerasi NKRI secara berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia di PT yang dulu Mata Kuliah Umum (MKU) sekarang berubah menjadi MKWK sesuai Kepdirjen dikti No. 84/E/KPT/2020 tentang pedoman pelaksanaan mata kuliah wajib pada kurikulum (MKWK) perguruan tinggi menjadi salah satu upaya untuk membentuk mahasiswa berkarakter baik dan cerdas di PT. Merujuk pada pedoman tersebut diharapkan dosen dapat menjadi pendidik, fasilitator, motivator, dan inspirator bagi para mahasiswa untuk menghasilkan banyak produk unggulan sebagai perwujudkan karakter profil pelajar Pancasila berbasis Merdeka belajar kampus Merdeka (MBKM) yang saat ini sedang diimplementasikan.
Kemudian perguruan tinggi akan menghasilkan mahasiswa yang cerdas, berkarkter, unggul, kreatif, inovatif, produktif, berintegritas, jujur, terpercaya, dan selalu mencintai dan membanggakan NKRI sebagai bentuk karkater nasionalisme. Oleh karena itu, guru dan dosen bahasa Indonesia abad xxi harus terus melakukan peningkatan kompetensi diri, pengembangan diri, dan keterampilan diri secara berkelanjtan pada abad xxi. Guru dan dosen bahasa dan sastra Indonesia abad xxi harus terus bergerak dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) agar mampu mencentak dan membentuk profil pelajar Pancasila dan mahasiswa Pancasila yang berkarakter dan cerdas untuk mengisi kemerdekaan dan membangun Indonesia di masa depan.
Bapak dan Ibu guru, dosen abad xxi selamat menyiapkan diri memasuki tahun ajaran 2022/2023 untuk membentuk pelajar dan mahasiswa Pancasila yang cerdas, berkarakter, unggul, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif untuk NKRI tercinta. Bersilaturahmi dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) bersama multigenerasi NKRI akan terus memantik semangat berkarya dan berinovasi tiada henti sepanjang masa.
“Mimpi dan imajinasi lebih kuat dari pengetahuan kita. Cerita dan pengalaman akan menjadi kenangan kerinduan yang tidak lekang oleh waktu sebagai bentuk cerminan diri untuk menjadi yang lebih baik di antara yang baik sepanjang waktu”
Beranda Istana Arfuzh Ratulisa, Kereta Argo Semeru, 8 Agustus 2023
Penulis, Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa