SOLO-Pasangan capres cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, melakukan dialog terbuka di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Rabu (22/11/2023).
Dalam dialog itu dibahas tentang pemerataan kesejahteraan, penegakan hukum, penanganan korupsi, penanganan stunting, investasi kebudayaan, pembebasan pajak bangunan bagi sekolah swasta, perguruan tinggi swasta dan rumah sakit, hingga pembangunan IKN.
Acara tersebut dihadiri oleh 12 ribu orang, menghadirikan 5 panelis yang mewakiki bidang kritis yang menjadi perhatian masyarakat. Mereka adalah KH Saad Ibrahim bidang agama, Prof Sofyan Hanif bidang pendidikan, Prof Siti Zuhro bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial, Prof Aidul Fitri bidang hukum dan demokrasi serta Prof Zul Qadir bidang sosial budaya.
Dalam keterangannya Anies menyebut kesejahteraan warga Indonesia belum merata sehingga dirinya akan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Di bidang pendidikan Anies akan menggratiskan sekolah atau perguruan tinggi dan rumah sakit dimana tempat tersebut untuk kepentingan masyarakat luas.
Penanganan stunting perlu melibatkan masyarakat seperti melalui PKK sehingga tidak hanya pemerintah saja yang berperan. Sedangkan mengenai IKN, Anies mengatakan bila tujuan dibangun IKN untuk pemerataan bukan hanya membangun satu kota di tengah hutan, karena akan menimbulkan ketimpangan yang baru. Jika untuk pemerataan dengan membesarkan seluruh kota yang ada di Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengucapkan terima kasih atas kehadiran Anies-Cak Imin dalam acara tersebut.
“Undangan kita sebenarnya terbatas, tapi kok yang hadir melebihi yang semestinya,” kata Haedar, Rabu (22/11/2023).
Dialog ini diharapkan dapat memberikan literasi politik kepada masyarakat agar mengetahui misi dan visi calon pemimpin yang akan maju dalam pilpres 2024.
“Semua Capres dan Cawapres lewat Muhammadiyah kita ajak untuk diskusi secara serius persoalan bangsa dan Indonesia ke depan. Agar mereka betul-betul, fondasinya kokoh, jiwa kenegarawanannya teruji. Dan saya yakin dialog memberi ruang bagi kita tidak asal memilih tanpa kesadaran literasi politik yang cerdas,” ujar Haedar.[]