JAKARTA–Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M. Natsir) menggelar Wisuda Sarjana strata satu angkatan ke-14 sekaligus tasyakur 25 tahun STID M. Natsir di Aula Masjid Al-Furqan Dewan Dakwah, kantor pusat Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia, Jalan Kramat Raya 45, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).
Sebanyak 140 wisudawan, terdiri atas 76 wisudawan dan 64 wisudawati telah lulus dan menjalani prosesi wisuda strata satu periode tahun akademik 2023 – 2024. Proses wisuda dimulai dengan dibukanya sidang senat terbuka oleh ketua senat akademik, Dr. Imam Zamroji, MA, dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh wisudawan asal Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Zulkifli Nurdin, S.Sos.
Wisuda ini merupakan bagian dari proses kaderisasi da’i/guru ngaji yang nantinya mereka akan mengabdi ke berbagai daerah dan wilayah pedalaman di penjuru negeri Indonesia. Para da’i/guru ngaji muda ini membawa visi untuk membangun negeri dengan dakwah Islam dari pedalaman penjuru negeri.
“Tujuan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia mendirikan kampus STID M. Natsir adalah tidak lain untuk menjadi sarana kaderisasi da’i ilallah, untuk memenuhi keperluan da’i baik di tingkat pusat maupun daerah,” kata Ustadz Dwi Budiman, Ketua STID M. Natsir dalam sambutannya.
“Maka dari itu, selain mendapatkan pendidikan formal para mahasiswa/i di STID M. Natsir juga harus mengikuti proses pengkaderan yang terdiri atas proses pengkaderan berbasis asrama selama dua (2) tahun, proses pengkaderan berbasis masjid selama dua (2) tahun, dan terakhir proses pengkaderan yang berbasis daerah pedalaman juga selama dua (2) tahun,” lanjutnya.
Laznas Dewan Dakwah sebagai bagian dari tujuan ini ikut serta mendukung program kaderisasi da’i dan masa pengabdiannya melalui dana zakat, infak, dan sedekah dari para muzakki, donatur, dan mitra. Salah satu bentuknya adalah bantuan biaya pendidikan kepada para mahasiswa/i yang kurang mampu agar bisa menyelesaikan studi di STID M. Natsir dengan baik hingga selesai pengabdian di masyarakat.
“Saya berasal dari keluarga petani, tapi ini tidak menyurutkan semangat saya untuk menyelesaikan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir. Dengan beasiswa ini memberi saya kesempatan untuk berkontribusi baik dalam bidang sosial atau yang lainnya,” kata Shita, salah satu wisudawati penerima beasiswa Laznas Dewan Dakwah, dari Muara Dua, Sumatera Selatan.
Kali ini, wisuda sarjana STID M. Natsir angkatan ke-14 ini bertepatan dengan 25 tahun kampus STID M. Natsir berdiri. Ketua STID M. Natsir, Dwi Budiman Assiroji menjelaskan sejarah berdirinya STID M. Natsir pertama kali didirikan pada 1967 bermula dari program kaderisasi da’i selama 3 sampai 6 bulan di Pesatren Darul Falah di Bogor.
Perkembangan selanjutnya, proses kaderisasi dilanjutkan menjadi lembaga resmi Akademi Bahasa Arab (AKBAR) yang diketuai oleh Profesor Mahmud Yunus, ahli Bahasa Arab yang memiliki kamus Arab-Indonesia. AKBAR berkembang menjadi Lembaga Pendidikan Dakwah Islam (LPDI) pada tahun 1986.
Selanjutnya, pada 11 Agustus 1999 LPDI berubah menjadi Universitas Agama Islam Mohammad Natsir (UNIM), hingga kemudian berganti menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M. Natsir) hingga sekarang. []