JAKARTA-Komite Pengarah ARI-BP, Prof. K.H. M. Din Syamsuddin, menegaskan bahwa Nakba adalah luka kita bersama, noda hitam dalam sejarah umat manusia. Lebih dari 800 ribu rakyat Palestina diusir, dibunuh, dan dibantai. Maka kami menyerukan: Jangan ada Nakba lagi!
Ia juga menyampaikan kepada seluruh umat beragama, khususnya umat Islam, kami serukan untuk serius dalam memboikot produk-produk pro-Israel.
“Perjuangan ini memang panjang, seperti mendaki jalan terjal. Tapi jangan lelah, tetap jaga semangat, stamina, dan kekompakan,” katanya, Ahad (18/5/2025).
Ia juga menyatakan hari ini bukan akhir. Ini adalah bagian dari rangkaian perjuangan. Di masa depan kita akan terus melakukan aksi-aksi yang lebih besar dan lebih terorganisir, menggabungkan kekuatan rakyat Indonesia dengan kekuatan global dari Asia, Eropa, Australia, hingga Amerika.
“Kita optimis dan berkeyakinan bahwa kemenangan akan segera tiba.
“Nasrun minallah wa fathun qariib, Kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya itu dekat, katanya.
Mantan Ketua Muhammadiyah itu juga menyampaikan pandangan kritis atas rencana evakuasi warga Palestina dari Gaza yang dilontarkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam pandangannya, niat baik itu harus ditingkatkan menjadi langkah nyata yang lebih berani dan berdampak besar yaitu rekonstruksi Gaza.
“Daripada evakuasi, yang belum tentu bisa kembali, lebih baik Indonesia berani memimpin upaya kemanusiaan yang lebih konkret: membangun kembali rumah sakit, mengirim tenaga medis dari TNI, dan menunjukkan keberpihakan kepada rakyat tertindas,” ujarnya.
Din menekankan bahwa aksi kemanusiaan yang sejati membutuhkan keberanian dan semangat patriotik yang lebih dari sekadar pengungsian.
“Apakah kita cukup berani? Apakah kita cukup patriot untuk hadir dan membantu langsung di Gaza? Karena ini bukan hanya soal logistik, tapi tentang keberpihakan moral kepada kemanusiaan,” ujarnya tegas.
Ia juga menyinggung lambannya implementasi keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menangkap Benjamin Netanyahu, sebagai contoh bahwa upaya hukum internasional pun tak selalu mudah.
“Sama seperti Nakba, genosida di Gaza hari ini adalah bentuk modern dari penjajahan. Dunia harus bersatu untuk menghentikannya,” katanya.
Din Syamsuddin menyerukan agar tanggal 15 Mei yang telah ditetapkan sebagai Hari Nakba, juga dijadikan sebagai Hari Tragedi Kemanusiaan Internasional dan diperingati secara global. “Saya yakin, bangsa-bangsa yang cinta damai dan keadilan akan melanjutkan perjuangan ini.”
Ia mengaku kehabisan kata melihat kekejaman Israel di Gaza, namun menegaskan bahwa diam bukan pilihan.
“Sebagai bangsa yang pernah dijajah, meski kita punya banyak masalah di dalam negeri, tidak salah jika kita menunjukkan solidaritas kepada Palestina,” katanya.
Din juga mengingatkan, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sepatutnya menunjukkan rasa terima kasih dan solidaritas. Ia mengajak seluruh rakyat untuk menghadiri dan mendukung berbagai aksi damai bela Palestina yang diselenggarakan serentak di berbagai daerah.
“Jangan sampai tragedi seperti di Gaza terjadi di tempat lain. Saatnya dunia bersatu melawan kejahatan kemanusiaan ini,” pungkas Din. []