GUNUNGKIDUL-Padukuhan Dadapan terletak di Kalurahan Petir, Kepanewon Rongkop, Gunungkidul. Dusun ini secara geografis sama seperti dusun-dusun di Gunungkidul pada umumnya, masyarakatnya sebagian besar adalah petani ladang.
Pada hari Senin Wage tanggal 17 Juli yang lalu, Padukuhan Dadapan menggelar upacara tradisi adat bersih dusun atau yang kini lebih populer disebut Rasulan.
Rasulan adalah momen yang dinantikan oleh warga masyarakat, makna Rasulan sendiri bagi warga Dadapan adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan YME, atas hasil panen bagi warga among tani pada tahun yang berlalu, dan karunia berupa kesehatan bagi seluruh warga.
Sejarah Rasulan sendiri di padukuhan Dadapan telah dilaksanakan sejak turun temurun, nenek moyang warga yang membuka pemukiman di wilayah ini diceritakan sebagai “mbok randha ndadapan”. Maka setiap tahun warga mengirimkan doa bagi beliau dan juga bagi leluhur yang lain. Awal mulai tradisi ini tidak diketahui secara pasti kapan mulai diadakan, tetapi warga sendiri berusaha untuk terus melestarikan tradisi sampai saat ini.
Rangkaian acara Rasulan di padukuhan Dadapan sendiri menyesuaikan kondisi yang ada di masyarakat, misal pada tahun-tahun saat covid melanda, maka kegiatan yang dilaksanakan hanyalah kegiatan inti saja yakni kenduri kirim doa di rumah kepala dukuh. Sedangkan tahun ini diadakan juga hiburan-hiburan bagi masyarakat seperti panggung seni, karawitan, jalan sehat dan lain-lain.
Warga merasa sangat bangga dan bahagia meskipun dalam penyelenggaraan Rasulan sendiri harus kerja bakti dan bahkan dipungut iuran sebagai pendanaan kegiatan, tetapi warga justru senang dapat berpartisipasi dan menyelenggarakan Rasulan dengan meriah.
Salah satu pihak yang berperan besar dalam suksesnya acara bersih dusun Dadapan tentunya adalah peran para perantau yang tergabung dalam keluarga Parand yang tersebar di Yogyakarta, Tangerang, Jakarta, Bogor dan kota-kota lainnya. Setiap event di kampung halaman, keluarga Parand tentu saja memberikan sumbangsih, ikut serta hadir memeriahkan dan tentu saja pendanaan yang mendukung kelancaran acara ini.
Salah satu keluarga Parand, Danang menuturkan bahwa untuk bersih dusun kali ini, keluarga Parand juga memberikan satu set alat pemulasaraan jenazah bagi dusun Dadapan, yang diserahkan bersamaan dengan pelaksanaan jalan sehat.
Pelaksanaan Rasul sendiri diadakan setiap satu tahun sekali pada hari pasaran Jawa yakni Senin Wage malam Selasa Kliwon, hal ini merunut pada kalender Jawa sehingga tidak dapat ditentukan untuk bulan masehinya karena berubah-rubah mengikuti perhitungan tahun Jawa.
Dukungan pemerintah Kalurahan Petir sendiri sangat bagus, dimana Kalurahan ini adalah Kalurahan budaya yang sedang dalam rintisan Kalurahan mandiri budaya, sehingga pihak pemerintah sendiri sangat mendukung tradisi ini tetap lestari.
Menurut pengakuan kepala padukuhan Dadapan, Antoro, Rasulan kali ini istimewa karena banyaknya dukungan dari pemerintah serta anggota dewan dari DPRD Gunungkidul dan juga ada hibah berupa seperangkat gamelan gagrak Ngayogyakarta dari ketua DPRD Provinsi DIY, yang diberikan kepada kelompok kawaritan Ngesti Laras, Padukuhan Dadapan.
Harapan kepala dukuh sendiri semoga kegiatan Rasulan ini dapat terus dilestarikan, meningkatkan semangat kegotong royongan di masyarakat, meningkatkan perekonomian dan mendorong kemajuan UMKM lokal, karena selama pelaksanaan Rasul sendiri, panitia membuka ruang seluas luasnya bagi pelaku UMKM untuk menggelar hasil kreativitas mereka, mulai dari olahan pertanian dan lain-lain.
Kepala dukuh juga berharap semoga untuk ke depannya penyelenggaraan Rasulan mendapat pendanaan dari dana keistimewaan DIY sehingga masyarakat tidak perlu lagi dipungut biaya untuk acara seperti ini.
“Sebagai masyarakat Jawa, kami berharap kita semua mengajarkan tata Krama dan melestarikan adat tradisi Jawa yang adiluhung dan terbukti sangat kuat dalam sumbangsihnya membangun Indonesia,”katanya.
“Kita harus bangga terhadap budaya kita sendiri, apalagi jaman sekarang banyak generasi muda yang tidak mengenal apa itu bahasa Jawa terutama bahasa Krama, sedangkan banyak sekali orang asing yang tertarik dan bahkan belajar mengenai budaya Jawa, sastra Jawa dan yang lainnya, tentu saja kebanggan generasi muda terhadap budaya kita sendiri harus kita bangun dan tumbuhkan,” pungkas Antoro. []