SOLO – Azan Maghrib sebagai tanda buka puasa belum terdengar. Terlihat empat orang mengenakan topeng capres-cawapres Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno turun ke Jalan Adi Sucipto, Solo sambil membawa menu buka puasa. Kemudian membagi-bagikan kepada pengendara yang lewat.
Keempat orang itu dikerumuni masyarakat maupun puluhan wartawan, termasuk Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo. Warga juga terlihat membawa spanduk bertuliskan: Jangan Lama-Lama Berseteru, Ayo Bersama Lanjutkan Membangun Bangsa, Indonesia Umat Cinta Damai, Menanti Rekonsiliasi Putra-putra Terbaik Bangsa.
Tidak lama kemudian Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tiba di lokasi. Empat orang yang merepresentasikan dua pasangan capres dan cawapres itu kemudian bergandengan tangan bersama dan membagikan takjil kepada masyarakat bersama gubernur dan wali kota.
Usai membagikan takjil, azan Maghrib pun terdengar. Ganjar pun mengajak “dua pasangan calon presiden” itu untuk saling menyuapi menu berbuka puasa, yakni klenyem. Makanan khas Jawa berbentuk seperti bola kecil berisi gula Jawa. Diikuti Ganjar, Wali Kota Solo dan para wartawan, mereka menikmati klenyem. “Bagaimana, rasanya enak kan. Alhamdulillah. Klenyem ini makanan tradisional, yang artinya bikin ayem,” kata Ganjar.
Aksi yang mengandung pesan untuk mengajak kepada masyarakat maupun elit politik tidak lagi berseteru 01 maupun 02 tetapi kembali bersama dalam persatuan Indonesia itu menurut Ganjar benar-benar terwujud.
“Kita semua menginginkan para elit politik bergandengan tangan, agar kesejukan kenyamanan sama-sama dirasakan. Aksi ini representasi masyarakat yang ingin iklim Indonesia ini sejuk,” tandasnya.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo menilai bahwa pesan kedamaian dan keinginan Indonesia damai bukan hanya diinginkan warga Solo saja, melainkan seluruh warga negara Indonesia. “Pesta demokrasi sudah selesai. Rakyat ingin tokoh nasional ini sama-sama membangun negeri ini,” tutur dia.
Koordinator aksi, Partika Subagyo menambahkan, aksi yang digagas bersama wartawan Solo ini dilakukan mewakili masyarakat Solo yang menginginkan kedamaian. “Kami ingin tidak ada lagi 01 dan 02. Sudah saatnya kita semua bersatu,” tutup mantan prajurit TNI yang bertugas di Denpom IV/4 Surakarta itu. []
sumber: radar solo