SOLO – Cicit pakubuwono X, Mohammad Andree mempertanyakan lambatnya penanganan kasus pemalsuan silsilah Raja PB X yang telah dilaporkan setahun lalu di Polresta Surakarta dengan terlapor Suwarsi, Agus Sutono dkk.
Hal ini disampaikan oleh Mohammad Andree, anak dari BRM M. Munier Tjakraningrat yang merupakan keturunan dari Sis Tjakraningrat dan GKR Pembayun yang merupakan putri tunggal dari Pakubuwono X dengan permaisuri GKR Mas di Solo, Senin (2/9/2019).
Lebih lanjut Andree berharap agar masalah pemalsuan silsilah Pakubuwono X dapat segera diselesaikan.
Andree mengatakan kasus pemalsuan silsilah ini juga dilaporkan oleh pihak lain di Jogjakarta dan telah memutuskan Suwarsi dkk dinyatakan bersalah dan telah dijatuhi hukuman pada tingkat Pengadilan Negeri dan dikuatkan di Pengadilan Tinggi.
“Dengan kasus yang sama KGPH Pakualam X telah melaporkan ke polisi dan kasusnya cepat ditangani dan telah diputus bersalah. Namun di Polresta Surakarta mengapa sampai setahun lebih belum selesai dan masih belum ada perkembangan,” jelas Andree.
Pihaknya berharap agar kasus pemalsuan ini dapat segera tuntas. Sehingga harkat dan martabat keluarga besar raja PB X tidak diobrak-abrik terus.
Sementara itu, juru bicara keluarga GKR Pembayun – Sis Tjakraningrat, Julia A mengatakan permasalahan pemalsuan silsilah Paku Buwono X dilakukan oleh Agus Cs dengan tujuan untuk menguasai asset dari PB X yang berupa tanah di berbagai tempat seperti di Solo, Semarang, Jogjakarta, Jakarta dan tempat lainnya dapat segera dituntaskan.
“Berbagai tanah PB X yang telah digunakan oleh pemerintah maupun BUMN tentunya pihak keluarga GKR Pembayun – Sis Tjakraningrat pasti siap membantu bila diperlukan untuk kepentingan rakyat Indonesia,” jelas Julia.
baca: Keraton Solo Kirab 9 Kerbau dan 19 Pusaka
Sehari sebelumnya, dalam perayaan malam 1 Syuro, BRM M. Munier Tjakraningrat yang merupakan ahli waris sah dari Pakubuwono X juga turut hadir sebagai bentuk konsistensi untuk merawat warisan budaya leluhur.
“Kami keluarga besar Ratu Pembayun – Tjakraningrat menghadiri acara ini sebagai upaya ikhtiar kami merawat kebudayaan Nusantara, karena ini juga merupakan peninggalan leluhur yang masih ada dan tentu kita harus menjaganya sebagai aset budaya Indonesia,” tandas BRM M Munier Tj. []