SOLO – Pemanfaatan sebagai Rumah Kabudayan atau sebagai Culture Centre merupakan satu kesatuan grand design yang melekat dengan nilai tangible dan intagible ‘Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman’ di masa lalu, masa kini dan mendatang dengan menggunakan konsep adaptive reuse.
Konsep revitalisasi ‘Rumah Kabudayan Ndalem Djojokoesoeman’ secara kontekstual berkaitan dengan pusat kebudayaan Mataram (Kraton Kasunanan Surakarta) yang secara kultur historis memiliki jalinan sejarah yang saling berkait.
Dimana nilai budaya dan seni yang bersifat ‘inti’ karena berada satu kawasan dengan lingkungan heritage kraton Surakarta. Selain itu, bangunan yang bernilai arsitektur tinggi yang merupakan tinggalan heritage, layak dipertahankan dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah, arsitektur, budaya maupun sosial bagi masyarakat Surakarta.
Hal itulah yang menjadi awal Pemerintah Kota Surakarta dibawah kepemimpinan FX. Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo mempunyai ide merestorasi Ndalem Djojokoesoeman sebagai culture center.
baca: Peresmian Flyover Purwosari, Jadi Kado Terindah Walikota Surakarta
Disaat peresmiannya hari ini, Sabtu (13/2) dalam rangkaian acara MenPUPR, Basuki didampingi Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Walikota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo menyampaikan masih diperlukan yaitu penataan koridor Jl Padmonegoro dan Jl. AM Sangaji serta pembanguanan mini theater untuk menyempurnakannya.
Kepala DPUPR Solo, Endah Sitaresmi Suryandari, penamaan Rumah Kabudayan (Rudi Amanah Kanggo Budipekerti Dadyo manggih Kamulyan) sebagai pusat pembelajaran Kebudayaan yang sejalan dengan Surakarta sebagai kota budaya yang berjiwa progresif dan kompetitif dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman.