KLATEN-Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk selama ini dikenal masyarakat sebagai Masjid tiban peninggalan Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa pada abad ke-15.
Ketua Takmir Masjid Agung Puluhan, Hardiman (71) mengungkapkan Masjid itu diberi nama Masjid tiban karena sebelum ada perkampungan di wilayah desa Puluhan sudah berdiri Masjid tersebut.
Dikatakan Hardiman jika dulunya desanya merupakan kawasan hutan belantara. Saat memasuki wilayah desa, para leluhur tiba – tiba telah mendapati ada sebuah bangunan Masjid ditengah hutan.
“Karena menurut para orang tua, disini dulu masih hutan belantara dan belum ada penghuninya. Masjid ini dikatakan tiban ya karena tahu -tahu sudah berdiri disini,”ungkapnya.
Hardiman mengatakan sebelumnya masjid hanya berukuran 9 meter x 8 meter, bangunannya tidak sebesar saat ini. Seluruh bangunan masjid saat itu masih menggunakan papan kayu.
“Bangunan direhab oleh seorang tokoh warga bernama Haji As’ad yang mulai mengganti dinding masjid dari papan kayu menggunakan tembok. Sebelumnya warga tidak ada yang berani membangun rumah dengan tembok, takut sakit. Setelah ada Mbah Sa’ad, baru warga berani menembok rumahnya,” jelasnya.
Pantauan dilokasi, Masjid Agung Puluhan itu berada di tengah permukiman padat penduduk. Masjid dengan model bangunan joglo bercat warna hijau – kuning itu berdiri di atas lahan 600-800 meter persegi dan memiliki halaman luas.
Terdapat menara pengeras suara disisi utaranya, sekilas menyerupai Masjid Agung Demak. Dibagian teras terdapat bedug, lampu gantung serta dua jam kayu serta lantainya telah dikeramik.
Saat masuk kedalam masjid, di bagian dalam berdiri 8 tiang kayu penyangga berbentuk silinder dengan 4 tiang utama ditengah.
Sementara itu dipojok selatan ruang utama masjid terdapat ruang kayu berbentuk kotak terbungkus kain kuning keemasan dan didalamnya terdapat mushaf Al -Qur’an lusuh didalam kotak kaca yang diletakkan di sebuah amben kayu kuno.
Saat melihat ke tempat wudhu terdapat umpak (tempat duduk) batu andesit dan padasan (tempat air wudhu dari tanah liat) bulat berukuran besar.
Disisi selatan dari ruang utama masjid,tersimpan mustaka (kubah) masjid) yang terbuat dari tanah liat berukir menyerupai mahkota raja Mataram. [WES]