Belajar Tentang Jenis Ular dan Cara Penanganan Jika Digigit

Date:

KLATEN-Festival Sains dan Budaya yang digelar pada Sabtu, 4 Mei 2024 turut dimeriahkan oleh komunitas Reptil,  Exalos Indonesia regional Klaten.

Komunitas ini bergerak di bidang rescue binatang jenis reptil. Pada kesempatan kali ini membawa total 9 ular yang kesemuanya berasal dari penyelamatan.

Sudah diketahui bersama, sekolah alam Aqila terletak di area alam yang dekat dengan sungai dan sawah, tempat habitat ular ditemukan. Binatang ini kerap mampir ke pohon maupun terlihat sela-sela atap sekolah. Untuk itu dirasa perlu mendatangkan komunitas yang expert di bidang tersebut agar mengedukasi siswa-siswa di Sekolah Alam Aqila.

Semiyati, S.Pd selaku Direktur Pendidikan Sekolah Alam Aqila menekankan edukasi bisa merubah pola pikir, pola perasaan dan pola tindakan. Bisa jadi kita melihat ular ini binatang berbahaya, namun setelah kita mendengar penjelasan dari orang yang expert dibidangnya, pola tindakan kita tentu akan berubah.

Anntusiasme pengunjung benar-benar terlihat dengan banyaknya anak-anak yang berkumpul di depan panggung. Komunitas reptil ini memberikan edukasi mengenal jenis-jenis ular,  serta pertolongan pertama saat digigit.

Bolang, begitu dia disapa mengatakan bahwa ada 3 jenis ular berdasarkan habitatnya, yaitu ular aquatic, semiaquatic, dan pegunungan (tempat yang tinggi).

Di festival tersebut  juga dipertontonkan ular-ular dengan bisa rendah, menengah dan tinggi. Pengunjung juga diedukasi mana ular yang termasuk ke dalam ketiganya.

“Ular welang-weling ini termasuk ke dalam bisa tinggi, dengan tingkat survivenya hanya 20% saja”, ucap Bolang. Perlu diketahui, di Indonesia hanya tersedia tiga serum bisa ular, yaitu ular welang, ular kobra dan viper tanah.

Penanganan pertama saat tergigit ular juga diajarkan agar prosentase korban hidup tinggi, diantaranya untuk ular berbisa rendah cukup di basuh dengan air mengalir.

Sedangkan untuk ular-ular yang berbisa rendah sampai tinggi perlu dilakukan imobilisasi pada bagian yang terkena gigitan. Hal ini dilakukan agar bisa ular tidak sampai ke jantung. Setelahnya segera dibawa ke layanan kesehatan terdekat.

“Bisa ular menyebar melalui aliran getah bening bukan lewat peredaran darah seperti yang selama ini beredar. Jadi perlu dilakukan imobilisasi agar tidak sampai ke jantung, tutur Bolang saat berbicara di panggung.

Di acara tersebut pengunjung juga diedukasi agar tidak membunuh ular yang ditemukan di rumah maupun sekolah. Namun menganjurkan untuk menghubungi komunitas Exalos. Karena ular merupakan bagian dari rantai makanan. Jika banyak yang dibunuh akan menganggu ekosistem yang ada.

Disebutkan juga tips agar lingkungan terbebas dari binatang berdarah dingin ini, yaitu dengan sering membersihkan lingkungan, tidak menyimpan barang-barang yang bisa dijadikan sarang mereka seperti genteng yang bertumpuk atau kardus-kardus yang banyak. Untuk pencegahan bisa juga menyemprotkan cairan berbahan kimia seperti karbol yang menganggu sensor ular.

Terakhir, pengunjung dibebaskan untuk berinteraksi dengan ular python yang bisa dipegang. Banyak anak-anak yang mencoba melilitkannya di leher, tangan juga memegang dan mengamati ular tersebut. []

 

Share post:

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Dorong Transformasi Digital, Pemprov Jateng Siapkan Internet Gratis di 505 Desa Blank Spot

SUKOHARJO-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) terus mendorong transformasi...

Datangkan Pakar Malaysia, UMPKU Gelar Kuliah Bahas Pencegahan Stunting

SOLO-Mahasiswa Fakultas Kesehatan UMPKU Surakarta mengikuti Kuliah Pakar Internasional...

Pemprov Jateng Harap Layanan Internet Gratis Dapat Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

KARANGANYAR-Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya meningkatkan dan memperluas...

Dorong Inovasi Lurik Klaten, Wapres Gibran Soroti Pentingnya Desain Kekinian dan Digitalisasi

KLATEN-Usai melepas benih ikan di Bendungan Rowo Jombor Klaten,...