Home Solo Raya Ngaji Kebangsaan: DSKS Ajak Gen Z Melek Sejarah Perjuangan

Ngaji Kebangsaan: DSKS Ajak Gen Z Melek Sejarah Perjuangan

0

SUKOHARJO-Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) mengadakan acara Ngaji Kebangsaan yang diselenggarakan di Masjid Baitul Makmur Solo Baru, Grogol, Sabtu (31/8/2024).

Tema yang diambil dalam acara tersebut adalah,’Membangun Generasi Muda yang Peka Terhadap Bangsa’. Hadir sebagai pembicara Arif Wibowo (Pakar Budaya dan Sejarah) serta Muhammad Sidiq HM (Pakar Sejarah dari Sultanet Museum).

Ketua DSKS, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir dalam sambutannya menjelaskan sejarah merupakan identifikasi, Islam mengajari adanya asal usul (sejarah).

“Islam banyak mengisahkan umat masa lalu agar umat manusia mengerti bisa tumbuh dan memahami aqidahnya dengan benar,”ujarnya.

Dalam kontek kebangsaan itu juga diperlukan, agar kita tahu bahwa Islam hadir di Indonesia bukan sebagai perusak. karena di banyak media disampaikan bahwa Islam hadir merusak budaya dan lain sebagainya.

Sementara itu Arif Wibowo sebagai pembicara pertama lebih menekankan tentang peran beberapa tokoh Islam yang merupakan pendiri bangsa Indonesia.

“Negara yang bernama Indonesia ini tidak akan pernah meninggalkan agama yang telah berjasa merangkainya menjadi sebuah bangsa, agama wahyu yang begitu sempurna, Islam sang perangkai dan pemersatu,”ujarnya.

Adalah Haji Oemar Said Cokroaminoto, maestro perlawanan penjajah membangkitkan spirit kesukuan, beliau menjadikan Islam sebagai satu-satunya perekat kembali serpih kesatuan bangsa yang terkoyak oleh peninggalan budaya dan pengaruh ajaran kasta.

Islam adalah battle cry yang mengatasi etnisitas, dalam tubuh Sarekat Islam, ada Agus Salim, Abdul Muis dan A.M. Sangaji yang non Jawa menjadi tokoh. Islam melampaui  hierarkhie social, ada bekas wedana Torjun menjadi anggota SI Pamekasan, hingga SI dijuluki SA (Sarekat Ambtenaar).

Islam menjadi perekat kultur, sebab dalam Sarekat Islam ada banyak yang tidak pandai berdo’a dalam Bahasa Arab seperti “Raja Mogok” Suryopranoto. Sarekat Islam juga mendamaikan antar paham Agama, ada KH. Ahmad Dahlan yang reformis tapi ada juga KH. Zaenal Arifin, tokoh tarekat dari Sumenep, Madura. Islam menghilangkan kelas berdasar ras, sebab ada Hasan Ibn Semit jadi tokoh keuangan.

Sementara Muhamamad Sidik menegaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7. Diskursus mengenai periodesasi masuknya Islam ke Nusantara pada umumnya bersandar kepada empat teori, yaitu teori Gujarat, teori Persia, teori China dan teori Arab.

Dari keempat teori tersebut,  para sejarawan dan orientalis selalu mengambil abad ke 12 – 13 M sebagai titik awal perekembangan Islam. Adapun teori Arab yang mengambil periodesasi waktu abad ke 7 M atau bertepatan dengan eksistensi awal Islam sejak masa kerasullan Nabi Muhammad SAW, selalu dibenturkan dengan minimnya sumber literasi dan bukti-bukti arkeologis. Konsekuensi dari pemahaman ini tentunya akan membentuk persepsi bahwa keterkaitan Nusantara dan Islam memiliki jarak yang jauh, bahkan Islam sering dituduh sebagai penyebab kemunduran bangsa Nusantara. Faktanya justru sebaliknya, dalam linimasa kehadirannya di Nusantara, justru Islam selalu menjadi motor kemajuan dan kemakmuran bagi semua lapisan masyarakat.

Tersingkapnya Situs Bongal yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara pada akhir tahun 2019 menjadikan awal baru bagi upaya intrepetasi ulang atas narasi masuknya Islam ke Nusantara.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sultanate Institute bekerjasama dengan Balai Arkeologi Sumatera Utara atau dikemudian hari begranti nama menjadi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) berhasil membuktikan, bahwa interaksi dunia Islam dengan Nusantara telah terjadi bahkan sejak masa awal Islam berkembang.

Situs Bongal merupakan sebuah kawasan yang diidentifikasi sebagai salah satu situs pelabuhan kuno pada periode abad ke 7-10 M dengan sebutan Bandar Fansur. Dalam memori perjalanan dakwah dan perdagangan global masa itu, bandar Fansur dikenal sebagai salah satu penghasil komuditas aromatika terbaik di dunia yaitu Kafur. Kafur sebagai salah satu bahan aromatika sangat dekat dengan dunia Islam, bahkan terdapat dalam Al Quran yang tertulis pada Surat Al Insan ayat 5, atau dalam teks hadits dan kisah-kisah para sahabat. []

Exit mobile version