SOLO-Mahad Universitas Aisyiyah Surakarta (AISKA) gelar Workshop Jurnalistik bertajuk “Menulis Berita Berkemajuan Semudah Tersenyum”. Workshop ini dilaksanakan di Ruang Kuliah Mahad Aiska pada Senin (12/5/2025).
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasantri sebanyak 38 di Jalan Drenges IV, Mangkubumen, Kecamatan Laweyan.
Tujuan diadakannya pelatihan Jurnalistik di Aiska ini yaitu untuk mengasah kemampuan mahasantri dalam bidang kepenulisan berita, serta untuk meningkatkan kualitas berita di blog masing-masing mahasantri.
Pelatihan tersebut diawali dengan pembukaan Direktur Mahad Imam Muqoyyadi, dilanjutkan dengan pemateri yang disampaikan oleh Dwi Jatmiko.
“Workshop ini merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk mengembangkan potensi menulis mahasantri yang banyak prestasinya. Dan harapannya mahasantri punya blog dan membantu menulis jurnal,” jelas Imam.
Dalam penyampaian materinya, Jatmiko memberikan motivasi kepada peserta workshop tersebut. Inilah zaman ketika menulis bukan monopoli wartawan. Siapa saja bisa jadi pewarta. Istilah yang sering dipakai adalah jurnalisme warga atau citizen journalism.
Ada juga yang lebih sreg dengan istilah pewarta warga atau citizen reporter. Alasannya, warga yang menulis, memotret, merekam peristiwa untuk disiarkan itu bukan jurnalis namun melaporkan.
“Jadi Jurnalis warga itu harus banyak bertanya dan jangan takut atau malu saat wawancara dengan narasumber. Menulis berita semudah tersenyum, dengan menulis bisa mewujudkan perdamaian dunia yang berkemajuan,” ujarnya.
Dia menabahkan mengapa menulis berita. Kadang bosan mengonsumsi karya jurnalis konvensional. Monoton.
“Bisa jadi, yang dilaporkan jurnalisme warga atau citizen journalism lebih segar, berbeda, angle lebih menarik,” terang Jatmiko, Pimpinan Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani Solo.
Bad news is good news. Kabar buruk itu merupakan berita yang bagus. Walaupun adagium itu tidak selalu benar, tapi secara umum wartawan memang cenderung untuk mencari kabar buruk.
“Karena apa. Di sana ada nilai berita. Misalnya, jika di jalan tol lancar-lancar, itu tak ada nilai beritanya. Namun, jika tiba-tiba ada tabrakan beruntun, maka jadi berita,” bebernya, sambil tersenyum.
Salah satu peserta Naufal mengutarakan kesannya setelah mengikuti pelatihan tersebut.
“Kegiatannya sangat menginspirasi, karena setelah mengikuti pelatihan, kita jadi tahu bagaimana cara menulis berita yang baik dan benar, sehingga berita yang kita tulis kedepannya bisa lebih baik dari sebelumnya,” kesan Naufal. []