KLATEN-Puluhan orang dari berbagai latar belakang profesi duduk bersama di Bangsal Tembe Mburi Yayasan Asshomad Internasional untuk menghadiri seminar parenting dengan narasumber dr. Aisah Dahlan, CHt., CM. NLP pada hari Kamis tanggal 10 November 2022.
Aparat penegak hukum (APH), klien pemasyarakatan, orang tua klien anak, dan pegawai Bapas Kelas II Klaten khususnya pembimbing kemasyarakatan menjadi peserta dalam seminar yang mengambil tema Perkembangan Otak Anak dan Segudang Harapan Keluarga ini.
Seminar parenting ini terselenggara atas kerja sama Bapas Kelas II Klaten dengan Yayasan Asshomad Internasional yang berstatus sebagai anggota Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan (Pokmas Lipas) Bapas Kelas II Klaten.
Aisah Dahlan membuka sesi materinya dengan mengenalkan latar belakang kiprahnya dalam hal rehabilitasi narkotik sejak tahun 1998. Berpengalaman mendampingi anggota keluarga yang pernah menjadi pecandu narkotik, dr. Aisah Dahlan akhirnya terlibat dalam Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.
Hal ini membuat materi yang disampaikan sangat mudah diterima karena berdasarkan pengalaman lapangan secara langsung.
“Setiap individu yang melakukan perilaku menyimpang khususnya penyalahgunaan narkotik dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor kontribusi, dan faktor pencetus. Pola asuh orang tua termasuk di dalamnya bagaimana orang tua memberikan kasih sayang/cinta termasuk dalam faktor kontribusi,”katanya.
Aisah Dahlan menyampaikan bahwa ada 5 baterai kasih sayang dalam otak manusia yang harus diisi sesuai dengan kebutuhannya. Baterai tersebut dapat diisi dengan lima bahasa kasih sayang seperti pujian (word of affirmation), sentuhan fisik (physical touch), waktu berkualitas (quality time), pelayanan (act of service), dan hadiah (receiving gits). Orang tua perlu memahami bahasa kasih sayang anak-anaknya untuk dapat merespon ungkapan kasih sayang mereka dengan tepat.
Ketidaktepatan respon orang tua ketika anak-anak menunjukkan kasih sayang dapat berakibat fatal karena anak-anak akan menampilkan perilaku yang tidak baik bahkan menyimpang.
baca: Menuju Manusia yang Bermanfaat dan Bermartabat
“Hati-hati ya, Bapak Ibu, salah memberikan respon terhadap bahasa kasih sayang anak akan memunculkan perilaku yang tidak baik. Jika anak membutuhkan sentuhan fisik untuk mengisi baterai kasih sayangnya sedangkan orang tua malah menunjukkan perilaku tidak mau disentuh misalnya, maka anak akan memukul, mencubit, menggigit orang lain karena baterai kasih sayangnya tidak terisi penuh,” ujar dr. Aisah Dahlan memberikan contoh di tengah pertunjukan teatrikal timnya ketika menjelaskan tentang baterai dan bahasa kasih sayang kepada peserta.
Di tengah banyaknya teori parenting yang ada saat ini, dr. Aisah Dahlan memilih konsep baterai kasih sayang dan bahasa kasih sayang untuk dapat diterapkan oleh para peserta seminar karena konsep inilah yang paling mudah diterapkan. Akhirnya, pemberian pola asuh yang tepat akan dapat menghindarkan anak dari pengaruh buruk lingkungan yang dapat merugikan masa depannya. [WES]